Kebetulan adalah takdir
yang menyamar.
Kebetulan
sekali, nyaris sebagian besar kisah saya dimulai pada bulan ini. Bulan Agustus.
Sepuluh
tahun lalu, saya dinyatakan diterima sebagai mahasiswa UI pada bulan ini.
Enam
tahun yang lalu saya difoto dengan toga untuk pertama kalinya, pada bulan ini.
Lima
tahun yang lalu saya disumpah menjadi seorang farmasis profesional, juga pada
bulan ini.
Di
tahun dan bulan yang sama, saya resmi diterima bekerja di perusahaan idaman
saya (meski saya sebelumnya telah bekerja di perusahaan lain)
Dua
tahun kemudian, pada bulan yang sama, saya meminta ijin pada bos saya untuk
berhenti mejadi anak buahnya dan kembali melanjutkan impian saya. Menjadi guru.
Setahun
yang lalu, bos menelepon saya dan memberi selamat atas kelulusan saya, pada
bulan yang sama.
Dan
jangan dihitung berapa kali kejadian yang menjadi turning point dan learning
issue buat saya terjadi di bulan ini.
Selalu
bulan Agustus.
Bukankah semua hal yang terjadi itu
terlalu banyak jika hanya dianggap sebagai suatu kebetulan?
Takdir adalah
kebetulan-kebetulan yang direncanakan Tuhan.
Sejak beberapa tahun yang lalu, saya tidak
pernah lagi percaya pada kebetulan. Terlalu banyak hal-hal yang terjadi pada
diri saya, baik yang masuk akal maupun tidak, yang membuat membuat saya
berpikir bahwa cerita-cerita kecil ini merupakan potongan puzzle yang tercecer.
Saya hanya sedang mengumpulkan cerita-cerita yang tercecer itu, menyusunnya
dalam satu frame besar, supaya saya bisa melihat gambar utuhnya.
Gambar utuhnya sudah didesain oleh Sang
Pencipta. Lalu Ia menyebarkannya di muka bumi, untuk saya temukan dan
kumpulkan. Hidup rasanya hanya serangkaian usaha untuk mengetahui rencana besar
Tuhan yang disebarkannya di antara kita dalam bentuk “kebetulan-kebetulan.” Dan
bagi saya, entah mengapa seringkali potongan “kebetulan-kebetulan” itu saya
temukan pada bulan Agustus seperti ini. Well, saya bisa bilang bahwa angka 8
adalah angka keberuntungan saya, itu mengapa bulan Agustus juga adalah bulan
keberuntungan saya.
Takdir adalah kumpulan
keringat dan air mata yang dilarutkan dalam doa-doa yang terus mengalir.
Bulan Agustus tahun ini, banyak
pertanyaan-pertanyaan saya yang akhirnya menemukan jawabannya. Pun banyak
pertanyaan-pertanyaan baru yang muncul. Untuk mempertemukan pertanyaan dengan
jawaban itu, tidak ada jalan lain selain mengarungi sebuah sungai yang membentang
diantara keduanya, dimana mengalir keringat dan air mata. Doa-doalah yang
membuat sungai itu tak berombak besar sehingga bisa dilalui.
Terima kasih kepada semua orang yang sudah
menjadi bagian dalam kisah saya. Untuk semua tangan yang memegang tangan saya
saat akan jatuh. Untuk semua hati yang selalu mendengarkan. Untuk semua bahu
dan punggung tempat bersandar. Dan untuk semua doa-doa yang membantu saya
menyeberangi “sungai” itu.
Rasanya bukan kebetulan juga jika dua
orang dari sahabat-sahabat saya sedang mengalami momen spesialnya pada bulan
ini. Yang seorang sedang menyelesaikan disertasinya di London. Dan yang seorang
lagi baru memulai PhDnya di Groningen. Saya berharap bisa segera menyusul
mereka dan menemukan jawaban atas pertanyaan saya sendiri. Mungkin di bulan yang
sama tahun depan? Semoga. Aamiin.
Nyaris
sebagian besar kebetulan dalam hidup saya terjadi pada bulan ini. Bulan
Agustus.
Yang
jelas, cerita tentang saya memang dimulai pada bulan ini. Bulan Agustus.
Tepat di depan matamu
ada sungai mengalir
Luas, sebuah sungai
yang besar
Walaupun gelap dan
dalam, walaupun arusnya deras
Tidak perlu ketakutan
walaupun kau terpisah
Tepian pasti ada
Lebih percayalah pada
dirimu
Di dalam hatimu juga
ada sungai mengalir
Cobaan, sungai berat
dan pedih
Walaupun tak berjalan
baik, walaupun kadang tenggelam
Tak apa mengulang lagi
dan janganlah menyerah
Disana pasti ada tepian
Suatu saat kau pasti
akan sampai
Jangan alasan untuk
diri sendiri
Jika tak dicoba tak
akan tahu
Tiada jalan selain
maju, selalu
Teruslah melangkah di
jalan yang kau pilih
-- RIVER, JKT48 --
Tidak ada komentar:
Posting Komentar