Di hari ulangtahun saya yang ke-20 ini (#laluDigamparPetugasKelurahan) saya mau cerita tentang salah satu pencapaian saya.
Bukan, bukan. Saya belum akan menikah. Pacar aja nggak punya #malahCurhat. Oke, abaikan.
Kali ini saya mau cerita tentang salah satu komunitas yang saya
ikuti. Bukan komunitas anak-gaul-Depok, atau komunitas pecinta-SuperJunior atau
penggemar-JKT48. Saya mau cerita tentang sebuah komunitas bernama @nebengers.
Ini merupakan komunitas tebeng-menebeng bagi
orang-orang yang peduli pada kemacetan Jakarta lalu ikut bertindak, alih-alih hanya sekedar mengeluhkannya tiap
hari.
Prinsip dr komunitas ini adalah mem#BeriTebengan, men#CariTebengan atau #ShareTaksi. Orang-orang yang
rute kerja/kuliahnya searah bisa saling mem#BeriTebengan. Hal ini meminimalisir kemubaziran seat di
mobil atau motor. Bayangin deh, 1 mobil bisa diisi 4 orang tapi cuma diisi 1
orang. Duh, keliatan banget jomblonya nggak sih? Selain bisa mengurangi volume
kendaraan (yang semoga bisa mengurangi kemacetan Jakarta), tapi juga bisa menghemat dan mempererat
pertemanan #tsaaahhh #kibasJilbab. Kita bisa share biaya bensin, share ongkos
tol, share ongkos
taksi, share makanan, share cerita, ya kali-kali bisa share hati juga
#yakaleeeee.
Saya sudah follow @nebengers ini sejak musim
hujan tahun ini, Januari (saya bahkan bikin cerpen yang terinspirasi dari akun ini >> bisa dibaca di sini: http://niechan-no-sensei.blogspot.com/2013/01/banjir.html ). Pada masa itu, akun @nebengers ini sangat berjasa mempertemukan orang-orang yang terjebak
banjir/macet dan ingin mencari tebengan atau mencari teman bareng naik
taksi (mahal ye booo kalo naik taksi macet-macet dan banjir gitu). Karena suka pada
konsepnya, sejak itu saya follow akun ini dan memantau TLnya, mencari-cari
adakah anak-gaul-DurenSawit lain yang searah dgn saya ke Tebet atau Depok.
Terutama yang pakai motor sih. Saya nggak tertarik mencari tebengan mobil, toh tetap
aja terjebak macet. Kalo motor kan enak, bisa nyelip-nyelip, jadi bisa hemat waktu :)
Mengapa tadi saya bilang bahwa bergabung
dengan @nebengers ini sebagai pencapaian? Well, saya bisa bilang
bahwa ini adalah loncatan yang lumayan besar dalam pergaulan saya. Aslinya saya orang yang
pemalu (#laluDisorakinSekampung). Anak nggak gaul Jakarta. Dan emang anak kurang gaul. Selalu sungkan memulai percakapan. Suka curiga
sama kebaikan orang lain. Dan sederet tingkah ajaib lain. Tapi dengan melihat anak-gaul-nebengers ini saling memberi tebengan dan mencari tebengan dengan berlandaskan rasa saling percaya,
saya belajar percaya juga. Juga belajar membuka diri (meski belum bisa membuka hati #CurhatDeuiiii).
Oiya, nebengers ini punya prinsip "Tak kenal maka tak
nebeng". Maka mereka sering mengadakan kopi darat (ya masa minum kopi
sambil berenang) alias kumpul-kumpul bagi yang berdomisili di wilayah
tertentu untuk saling mengenal. Setelah kenal dan saling tahu rute satu sama lain,
diharapkan tebeng menebeng bisa terjadi. Daripada dua mobil dengan rute yang sama keluar rumah
dan memenuhi jalan Jakarta, kan mending saling tebeng menebeng aja ya?
Nah, saya sendiri sebenarnya belum pernah ikutan kopdar nebengers. Tadi saya udah bilang kan ya bahwa saya pemalu? Saya sering salah gaya kalau berada diantara kerumunan. Saya
ini introvert sebenarnya. Makanya saya nggak pernah ikutan kopdar itu. Sayapun nggak
pernah secara aktif mempost rute #CariTebengan. Yang saya lakukan hanya terus memantau TL @nebengers dan
mencari pem#BeriTebengan yang searah.
Meski demikian, setelah 7 bulan memfollow @nebengers dan dua kali gagal tebeng-menebeng karena ternyata rutenya tidak tepat searah atau waktu
keberangkatan yang berbeda, akhirnya saya menemukan partner nebeng yang cocok.
@ssaamm_b #BeriTebengan Buaran-Kasablanka|
via BKT| 6.45| motor 1 seat| share cerita
Ini twit ditinjau dari segala sisi cocok banget sama kriteria
saya. Baik rute maupun waktu janjiannya. Terutama karena pakai motor, jadi bisa nyelip-nyelip. Hehehe.
Setelah meneliti akun twitternya @ssaamm_b, ditinjau
dari jumlah follower dan twitnya yang cukup banyak, fotonya juga bukan
telor-teloran, barulah saya merasa yakin bahwa itu bukan akun fiktif. Setelahnya
saya memberanikan diri untuk bertanya apakah rutenya melalui stasiun Tebet. Dan
setelah serangkaian mensyen-mensyenan dan DM-DMan, akhirnya kami sepakat untuk
bertemu keesokan paginya.
Seperti saya bilang di awal, memulai percakapan dan perkenalan dgn
orang baru benar-benar bukan gaya saya yang pemalu. Untungnya,
partner nebeng saya ini orangnya asik diajak ngobrol, jadi meski agak kikuk di
awal, lama-lama saya asik juga ngobrol sama dia.
Nah, kenalan dulu ah. Ini nih partner nebeng
saya >> @ssaamm_b. Syamsul Bachtiar. Karena namanya, saya pikir dia orang
Sumatera, maka pas awal kenalan, saya panggil “abang”. Ealaaaah, ternyata orang
Tegal. Yaudah, saya langsung ganti panggilan jadi “mas”. Mas Sam ini baik
banget deh. Sekarang saya boleh lho jadi penebeng tetapnya dia. Hehehe. Dan
yang paling saya suka dari Mas Sam adalah gaya naik motornya. Santai, tapi
nyelip-nyelipnya jago dan nggak grasa-grusu. Duren Sawit – Tebet yang biasa
saya tempuh selama 1,5 jam dengan metromini (yang ngetem melulu dan sering
terjebak macet sepanjang Jalan Kolonel Sugiyono sampai Kasablanka), sekarang
cukup 30 menit bersama Mas Sam. Kece badai emang ni orang naik motornya.
Beberapa teman yang mendengar cerita saya ini
banyak yang nggak percaya. Bagaimana mungkin dua orang yang nggak saling kenal
bisa nebeng dan memberi tebengan.
“Lo nggak takut dibawa kabur atau diculik,
Ni?” tanya salah seorang teman saya.
Pertanyaan ini sudah masuk dalam pertimbangan
saya sejak saya pertama kali follow @nebengers. Tapi kalau dipikir-pikir lagi,
apa gunanya orang menculik saya? Saya ini makannya banyak. Belum juga berhasil
minta uang tebusan, penculiknya pasti tekor duluan karena biaya makan saya
banyaaakkk bangeeettt. Jadi, kemungkinan diculik nyaris dianggap nol persen.
“Lo nggak malu jadi penebeng?” kata teman
yang lain.
Naik metromini dan kereta CommuterLine yang
bukan kendaraan pribadi juga namanya nebeng sih. Nebeng pak sopir dan pak masinis
:p
Seperti yang saya ceritakan di awal, tebeng
menebeng ini bisa dilakukan dengan term&condition
tertentu sesuai kesepakatan kedua belah pihak. Sharingnyapun bisa bermacam-macam sesuai kesepakatan: share biaya
bensin, share ongkos taksi, share ongkos tol, share makanan sampai share
cerita. Beruntung pemberi tebengan saya ini orangnya baik hati, jadi dia mau
menerima saya sebagai penebeng tetap dengan syarat minimal. Bahkan pas awal
ngobrol, Mas Sam bilang, “Share doa aja, Mbak.” Lhaaa...baik banget ni orang.
“Lo naik mobil aja sih Mbak,” kata adik saya.
Dia bekerja di Toyota Astra, “Tabungan lo kan udah cukup beli mobil. Beli sama
gue aja, dapet diskon.”
Saya bukannya berniat jadi penebeng sejati
seumur hidup. Tapi melihat kondisi jalanan Jakarta, sampai saat ini saya belum
berniat menambah kemacetan dengan membeli mobil. Toh selama ini saya masih bisa
survive dengan naik kendaraan umum. Apalagi
sekarang saya punya partner nebeng yang baik, makin membuat saya enggan membeli
mobil.
Saya berharap semoga kelak kondisi transportasi
umum di Jakarta (baik angkot, metromini, bis maupun kereta) akan lebih baik
sehingga orang-orang mau beralih dari menggunakan kendaraan pribadi menjadi
menggunakan kendaraan umum. Dan sebenarnya, naik kendaraan umum tuh nggak hina
kok. Kalau kita lihat kondisi di Jepang atau Belanda, kendaraan umum merupakan
pilihan transportasi utama ketimbang kendaraan pribadi, padahal tingkat
perekonomian mereka lebih baik lho daripada Indonesia. Di negara-negara itu
bahkan orang-orang nggak malu berpergian dengan bersepeda.
Terinspirasi dari seorang dokter di tempat
saya bekerja dulu yang selalu pulang-pergi kantor dengan bersepeda, saya
bercita-cita membeli rumah di daerah Depok, dekat dengan kampus saya, supaya
bisa ngampus dengan bersepeda J Btw, di
kampus saya memang sedang menggalakkan GoGreen lho, makanya disediakan
fasilitas bis kuning (bis kampus) dan sepeda kuning (sepeda kampus) supaya
mahasiswanya lebih suka naik transportasi umum ketimbang naik kendaraan pribadi
masing-masing.
Jadi, alih-alih berniat beli mobil (yang akan
menambah kemacetan Jakarta dan Depok), sekarang saya sedang menabung untuk bisa
membeli rumah di dekat kampus nih, supaya bisa bersepeda ke kampus. Doakan saya
ya teman J
Nah, begitulah cerita saya kali ini tentang
salah satu pencapaian saya di ulangtahun saya kali ini. Thx to @nebengers yang mengenalkan
salah satu solusi kemacetan Jakarta ini, dan juga sudah mengenalkan saya dengan
Mas Sam. Makasih juga Mas Sam yang udah bersedia menerima saya sebagai penebeng
tetap. Semoga kebaikannya dibalas oleh Allah dengan kebaikan yang lebih besar.
Aamiin.
Ciaoooo. Selamat tebeng-menebeng, kawan J Mari kurangi
kemacetan dan polusi Jakarta, dimulai dari diri sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar