Tidak banyak yang bisa saya banggakan, terutama saat
bersamamu. Rasanya segala tentang saya selalu kurang jika dibandingkan dengan
kamu. Mungkin cuma satu kelebihan saya.
Ingatan.
Saya yang paling baik mengingatmu. Saya dapat
mengingatmu lebih baik daripada siapapun.
Saya tidak perlu notifikasi FB atau alarm ponsel untuk
mengingat tanggal lahirmu. Bahkan saya ingat tanggal lahir seluruh anggota
keluargamu. Saya mengingat nomor ponselmu tanpa kesulitan. Saya ingat nomor
mobilmu bahkan sejak pertama kali kamu mengantar saya pulang.
Saya ingat golongan darahmu. Dan jadwal donor darah
rutinmu. Saya ingat makanan kesukaanmu dan makanan yang membuatmu alergi. Juga
jadwal makanmu yang tidak seperti orang normal.
Saya ingat warna kesukaanmu. Dan model sepatu
favoritmu.
Saya ingat aroma parfum yang kamu gunakan. Bahkan
harganya yang lima kali lipat harga parfum saya.
Saya ingat buku-buku kesukaanmu. Kali ini mungkin juga
karena kita menyukai buku-buku yang sama.
Saya mengingat semua lagu kesukaanmu. Meski saya tidak
pernah bias menyanyikannya sebaik yang ingin kamu dengar.
Saya mengingat hal-hal detil tentangmu dengan sangat
baik. Tidak ada yang bisa melakukannya lebih baik daripada saya.
Tapi sekarang tidak ada lagi yang bisa saya banggakan.
Akhir-akhir ini saya melupakan banyak hal. Karena kesibukan, itu alasan klise.
Karena kelelahan, meski itu benar, tapi jelas bukan pembenaran.
Saya melupakan janji bertemu beberapa pekan lalu. Saya
lupa alamat emailmu saat ingin mengirimkan dokumen yang kamu perlukan. Saya
bahkan memakan es duren di hadapanmu, lupa bahwa kamu sering mual dengan
aromanya.
Saya melupakan banyak hal. Tentang kamu. Lalu apa lagi
yang bisa saya banggakan? Tidak ada lagi yang bisa saya banggakan untuk menjadi
seseorang yang layak di sampingmu
"Bagaimana kalau nanti kita makin tua, dan saya
melupakan hal-hal tentang kamu?"
"Apa lupa tentang saya sama artinya dengan kamu
bosan dengan saya?"
"Kamu tahu saya bukan pembosan."
"Iya, saya tahu. Kamu bahkan tahan menemani saya
bekerja, tanpa saya ajak ngobrol, nyaris seharian. Kamu selalu menemukan cara
untuk membuat saya nyaman bersama kamu."
Fian mengerjap. Tio tersenyum.
"Bukan ingatan yang menyatukan kita. Tapi rasa
nyaman. Dan rasa nyaman bukan diingat oleh pikiran, tapi oleh hati. Kamu yang
paling juara membuat saya nyaman."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar