Saya dibesarkan di keluarga yang tidak mengenal kata
sayang.
Di rumah ini, kata
"sayang" disampaikan dengan suara bawel Ibu yang membangunkan di pagi
hari. Di rumah ini, kata "sayang" disampaikan dengan doa tengah malam
Bapak yg diam-diam tak terdengar. Di rumah ini, kata "sayang" diungkapkan
dengan suplai drama-drama korea dari adik saat saya hampir gila mengerjakan
tugas akhir.
Di rumah ini, kata
"sayang" dikatakan dengan telepon Ibu yang meneror semua teman saya
saat ponsel saya tidak bisa dihubungi. Di rumah ini, kata "sayang"
dinyatakan dengan amarah Bapak saat saya pulang terlalu malam. Di rumah ini,
kata "sayang" diungkapkan dengan ledekan tiada henti adik tiap malam
Minggu "Ini malam Minggu atau malam Jumat? Rumah sepi amat, nggak ada yang
ngapelin?"
Saya dibesarkan di keluarga yang tidak mengenal ucapan
selamat ulang tahun.
Di rumah ini, "selamat ulang
tahun" diucapkan dengan kalimat "Semoga Ibu segera dapet cucu",
"Semoga segera ada yang bisa gantiin Bapak untuk benerin genteng" dan
"Meski anggur lebih enak daripada apel, tapi semoga kakak gue ada yang
ngapelin, daripada dianggurin mulu."
Terlalu jengah rasanya menyatakan cinta pada
orang-orang ini. Mereka
akan menertawakan dan bilang saya sok romantis.
Jadi, singkat saja, dalam surat ini, saya cuma mau
bilang "Saya cinta Ibu, Bapak dan Etty."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar