Sejak dulu saya selalu merasa bahwa saya antimainstream. Kalau bukan karena antimainstream, apa lagi alasannya jika saya selalu memilih hal yang tidak biasa dipilih orang lain? Misalnya, kenapa saya lebih tergila-gila pada Seo Dae Yeong daripada Yoo Shi Jin? Kenapa saya jatuh cinta pada Fred Weasley alih-alih Harry Potter yang terkenal. Kenapa saya lebih tertarik pada Luna Lovegood daripada Hermione Granger? Dan terakhir, kenapa saya lebih memihak Trian daripada si tampan-kharismatik Rangga?
Secara singkat, saya punya kecenderungan untuk lebih menyukai pemeran tambahan dalam suatu cerita. Dulu saya pikir saya antimainstream, sampai beberapa waktu lalu.
Ada teman yang bilang bahwa itu disebut Penyakit Pecundang. Pernah dengar istilah itu? Betul, istilah itu pertama kali dicetuskan oleh Luna Lovegood: Looser’s Lurgy. Teman saya bilang, mungkin saya juga mengidap penyakit pecundang. Alih-alih mengasosiasikan diri dengan pemeran utama suatu cerita, saya lebih suka mengasosiasikan diri dengan pemeran pembantu. Katanya, itu mungkin karena saya tidak pernah berani menjadi pemeran utama, bahkan di kehidupan saya sendiri. Hahaha. Mungkin dia menghubungkan penyakit pecundang itu dengan penyakit minder saya.
Tapi terlepas dari teori suka-suka teman saya, saya punya alasan sendiri mengapa menyukai peran-peran selain pemeran utama. Karena saya percaya bahwa setiap peran, sekecil apapun peran tersebut, adalah peran yang penting. Lagipula, banyak hal yang bisa dipelajari dari para pemeran pembantu dalam setiap cerita. Misalnya, Seo Dae Yeong.
Salah satu alasan kenapa saya tergila-gila pada Seo Dae Yeong adalah karena dia tidak menyerah pada rasa mindernya. Dia tahu bahwa dia tidak pantas, tapi dia berjuang untuk pantas mendapatkan hal yang dia inginkan.
Hal ini sejalan dengan yang saya diskusikan dengan sahabat saya beberapa waktu lalu, sambil eksperimen dengan mencit di lab dan mendengarkan lagu Locked Away-nya Adam Levine.
Hal ini sejalan dengan yang saya diskusikan dengan sahabat saya beberapa waktu lalu, sambil eksperimen dengan mencit di lab dan mendengarkan lagu Locked Away-nya Adam Levine.
If I got locked away
And we lost it all today
Tell me honestly would you still love me the same?
If I showed you my flaws
If I couldn't be strong
Tell me honestly would you still love me the same?
And we lost it all today
Tell me honestly would you still love me the same?
If I showed you my flaws
If I couldn't be strong
Tell me honestly would you still love me the same?
Sahabat saya bilang, “Saya nggak sepenuhnya setuju dengan lagu ini …” ketika dia mendengar lagu tersebut. Menurutnya, kita mencintai seseorang karena kekurangan dan kelebihannya. Seperti kita tidak mungkin mengharapkan bersama dengan seseorang yang sempurna, seperti itu pula kita tidak bisa mengharapkan seseorang tetap bersama kita kalau semua yang kita tawarkan adalah kekurangan. Ibarat melamar kerja, calon bos pasti akan tanya “Menurut Anda, apa kelebihan Anda sehingga kami perlu menerima Anda bekerja disini?”. Seperti itu juga saat melamar anak orang.
Saya langsung jleb dengan pernyataan sahabat saya ini. Saya jadi mikir sendiri, kelebihan apa yang saya punya? Makin dipikir, kok kayaknya saya nggak punya kelebihan. Saya bisa melakukan banyak hal, tapi tidak pernah menonjol dalam satu hal. Makin dipikir, makin terasa seperti saya tidak punya kelebihan yang menonjol dan patut dibanggakan.
Lalu sahabat saya berkata, “Kamu pasti punya kelebihan. Mungkin kamu cuma nggak sadar.” Dia kemudian membuat saya mengingat tulisan saya sendiri beberapa waktu lalu. Kalau kita melihat cowok ganteng yang pacarnya nggak cantik-cantik amat, kita tidak bisa langsung menyepelekan, karena bisa jadi perempuan yang nampak biasa ini sebenarnya luar biasa dalam memasak, luar biasa sabar, luar biasa lucu, atau luar biasa mengatur keuangan. Hanya karena kita tidak bisa melihat kelebihan seseorang, bukan berarti orang tersebut tidak punya kelebihan.
Oleh karena itu lagu Adam Levine dinilai tidak sesuai oleh sahabat saya. Setidaknya kita harus menawarkan satu kelebihan kita untuk bisa tetap disayangi oleh seseorang. Setidaknya, kita harus berusaha menjadi orang yang pantas dibanggakan oleh orang yang kita sayangi.
Maka seperti itulah Seo Dae Yeong. Meski awalnya dia memutuskan untuk menjauhi Yoon Myung Joo karena merasa minder dan merasa tidak pantas bersama Myung Joo yang berasal dari keluarga terpandang dan berpangkat lebih tinggi darinya, tapi pada akhirnya ia memutuskan untuk berjuang. Saat ayahnya Yoon Myung Joo bertanya menantang “Memangnya kamu pantas menggenggam tangannya?”, Dae Yeong berkata “Saya tidak akan melepaskan tangannya.” Dia memutuskan untuk memperjuangkan Myung Joo, dan menjadi orang yang pantas dibanggakan Myung Joo di hadapan ayahnya.
Mengapa Seo Dae Yeong meski tahu bahwa dirinya tidak pantas bagi Myung Joo, tapi tidak menyerah untuk menjadi lebih baik dan pantas untuk Myung Joo? Karena Myung Joo tidak pernah melepaskannya, meski Dae Yeong berkali-kali melarikan diri.
Lucu kan? Kadang orang yang selalu melarikan diri sebenarnya adalah orang yang paling ingin digenggam tangannya.
Groningen, 16 Mei 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar