Berhubung belakangan ini saya banyak nerima undangan, dan hari ini saya mengalami dua kali kejadian terkait undangan, maka saya jd tergelitik untuk menulisnya.
Kejadian pertama, saat saya mendengar teman saya blg "Aduh belum sempat ngasih undangan ke Kak XXX ni". Lalu saya bilang "Yaudah sih kirim aja via WA. Trus blg maaf krn blm sempat ngasih langsung. Lagian kak XXX kan lagi di luar kota". Lalu teman saya yg lain menjawab "Kalau kakak itu mah katanya nggak mau datang kl undangannya ga diserahkan langsung oleh yg pny acara". Lalu saya spontan menjawab, "Ya bagus, kl gt nggak usah datang aja".
Teman saya kaget dg jawaban spontan saya, dan bertanya "Kok gitu? Kayak nggak mengharapkan kedatangannya". Maka saya menjelaskan jawaban saya sbb:
1. Benar bahwa menyerahkan langsung undangan kepada orang yg akan kita undang adl cara yg paling baik dan paling sopan. Ini menunjukkan kesungguhan kita mengundang seseorang.
2. Orang yg dekat dg kita biasanya berharap bahwa kita menyerahkan sendiri undangan acara kita kepadanya. Dgn demikian ia akan merasa spesial krn diundang scr langsung
3. Namun demikian, ada kalanya orang yg memiliki acara sdg dlm keadaan yg tidak memungkinkan untuk mengunjungi tamu yg akan diundang satu per satu. Percayalah bhw semua orang sangat ingin orang2 yg disayanginya hadir pada acara bahagianya. Maka jika ia tidak sempat menyerahkan undagan secara langsung, itu bukan krn ia tidak mau mengundang, tp tdk sempat.
4. Selain itu, orang yg memiliki kedekatan hati/hubungan dg kita biasanya adl orang yg paling mengerti jika terpaksa kita tdk bisa menyerahkan undangan dg bertemu lgsg. Di keluarga besar misalnya, jika ada salah satu anggota keluarga yg memiliki acara namun tidak bisa mengirim undangan dgn bertatap muka satu per satu, maka anggota keluarga yg lain akan tetap dg senang hati datang meski hanya diundang via WA.
5. Maka, orang yg tidak mau memahami kesulitan yg sdg kita hadapi, dan berkeras bahwa kita hrs menemuinya langsung untuk mengundangnya, maka mungkin orang tersebut bukanlah orang yg hatinya dekat dengan kita. Orang yg hatinya dekat dengan kita, meski sangat ingin diundang secara langsung, akan tetap memahami kesulitan yg kita alami jika kita hanya bs mengundang via media sosial.
Teman saya kaget dg jawaban spontan saya, dan bertanya "Kok gitu? Kayak nggak mengharapkan kedatangannya". Maka saya menjelaskan jawaban saya sbb:
1. Benar bahwa menyerahkan langsung undangan kepada orang yg akan kita undang adl cara yg paling baik dan paling sopan. Ini menunjukkan kesungguhan kita mengundang seseorang.
2. Orang yg dekat dg kita biasanya berharap bahwa kita menyerahkan sendiri undangan acara kita kepadanya. Dgn demikian ia akan merasa spesial krn diundang scr langsung
3. Namun demikian, ada kalanya orang yg memiliki acara sdg dlm keadaan yg tidak memungkinkan untuk mengunjungi tamu yg akan diundang satu per satu. Percayalah bhw semua orang sangat ingin orang2 yg disayanginya hadir pada acara bahagianya. Maka jika ia tidak sempat menyerahkan undagan secara langsung, itu bukan krn ia tidak mau mengundang, tp tdk sempat.
4. Selain itu, orang yg memiliki kedekatan hati/hubungan dg kita biasanya adl orang yg paling mengerti jika terpaksa kita tdk bisa menyerahkan undangan dg bertemu lgsg. Di keluarga besar misalnya, jika ada salah satu anggota keluarga yg memiliki acara namun tidak bisa mengirim undangan dgn bertatap muka satu per satu, maka anggota keluarga yg lain akan tetap dg senang hati datang meski hanya diundang via WA.
5. Maka, orang yg tidak mau memahami kesulitan yg sdg kita hadapi, dan berkeras bahwa kita hrs menemuinya langsung untuk mengundangnya, maka mungkin orang tersebut bukanlah orang yg hatinya dekat dengan kita. Orang yg hatinya dekat dengan kita, meski sangat ingin diundang secara langsung, akan tetap memahami kesulitan yg kita alami jika kita hanya bs mengundang via media sosial.
Kejadian kedua, saat salah satu teman saya mengirim pesan WA kepada saya "Aduh, gue belum kirim undangan ke guru2 gue nih. Gue udh nitip undangan ke si X untuk diserahkan ke guru2, tp si X ga sempat. Pdhl acara gw besok. Gimana ni? Aduh ga sopan banget ya ga ngundang guru2."
Dalam hal ini saya tdk bs membantu selain dgn memberi usul "Kirim WA/SMS aja ke guru2 yg dekat sama kamu, ga perlu semuanya. Minta maaf krn keterbatasan waktu, ga bisa mengirim undangan langsung."
Dalam hal ini saya tdk bs membantu selain dgn memberi usul "Kirim WA/SMS aja ke guru2 yg dekat sama kamu, ga perlu semuanya. Minta maaf krn keterbatasan waktu, ga bisa mengirim undangan langsung."
Mungkin beberapa orang menganggap saya terlalu menggampangkan masalah. Nyatanya, di era teknologi spt skrg ini, komunikasi memang jd jauh lebih mudah, maka memang seharusnya tidak dipersulit. Jika kita saja tdk lagi mengirim kartu lebaran tiap tahunnya, dan mganti dgn ucapan via WA/SMS/email (kdg malah broadcast, kdg malah copas ucapan org lain dan lupa mganti namanya), maka kenapa kita msh menuntut untuk menerima undangan secara (bertemu) langsung dg orang yg mengundang?
Percayalah bahwa setiap orang yg memiliki acara bahagia, ingin mengundang scr personal satu per satu tamunya. Maka jika ia hanya bisa mengundang via WA/SMS/email, percayalah bahwa orang tsb memiliki keterbatasan (keterbatasan dana untuk mendatangu rumah orang satu per satu, keterbatasan waktu krn persiapan yg singkat, atau keterbatasan tenaga krn msh byk yg hrs dikerjakan). Oleh karena itu, percayalah, jika kita tidak jg bs memahami mengapa seseorang tdk mengundang kita scr langsung, maka kita bukanlah orang yg cukup dekat dengan orang tersebut.
Pada cerita teman saya yg lain, dia bukan hny tidak bisa mengirim undangan scr langsung, tp bahkan lupa mengirim undangan kpd beberapa temannya (yg malah cukup dekat dengannya). Hal ini dikarenakan waktu persiapan yg sgt sempit (krn suaminya hrs sgra kembali ke LN untuk melanjutka kuliah), shg byk persiapan (termasuk daftar undangan) yg terlewat. Dari cerita tersebut saya berkesimpulan bahwa jika teman dekat kita tdk mengundang kita ke hari bahagianya, tidak melulu krn kita tidak lagi dianggap sebagai teman dekatnya shg terlupakan. Bisa jadi krn:
1. Krn keterbatasan biaya, maka ia hny bs mengundang keluarga dan sahabat dekatnya saja
2. Krn keterbatasan waktu mengantarkan undangan satu per satu.
3. Krn keterbatasan tenaga n pikiran shg terlewat mengundang.
Maka jika kita memang benar adl teman dekatnya, hrsnya kita bisa memahami keterbatasannya. Hanya orang asing yg tidak mau mengerti kesulitan orang (yg katanya) dekat dengannya.
1. Krn keterbatasan biaya, maka ia hny bs mengundang keluarga dan sahabat dekatnya saja
2. Krn keterbatasan waktu mengantarkan undangan satu per satu.
3. Krn keterbatasan tenaga n pikiran shg terlewat mengundang.
Maka jika kita memang benar adl teman dekatnya, hrsnya kita bisa memahami keterbatasannya. Hanya orang asing yg tidak mau mengerti kesulitan orang (yg katanya) dekat dengannya.
Karena mengetahui betapa easy goingnya saya soal undangan ini, teman kos saya sempat heran saat saya menolak datang ke syukuran hari lahir salah seorang teman krn saya tidak diundang langsung oleh si teman tsb (dia mengundang saya mll orang lain, mll pesan WA). Dalam kasus ini, saya memiliki prinsip:
1. Tidak akan datang ke acara bahagia jika tdk diundang
2. Akan mengusahakan datang jika ada kabar buruk menimpa teman (untuk memberi dukungan) meski tidak diundang
1. Tidak akan datang ke acara bahagia jika tdk diundang
2. Akan mengusahakan datang jika ada kabar buruk menimpa teman (untuk memberi dukungan) meski tidak diundang
Maka, jika teman mengadakan acara bahagia dan tidak mengundang saya, saya tidak akan datang. Saya tidak keberatan jika diundang melalui WA/SMS/email, tp tidak jika melalui orang lain.
Lalu bagaimana jika teman yg dekat dengan saya tdk mengundang saya ke acara bahagianya? Saya pernah mengalaminya. Dan meski saya agak baper, tp saya bisa memahami bhw dia memiliki keterbatasan shg tdk mengundang saya.
Lalu bagaimana jika teman yg dekat dengan saya tdk mengundang saya ke acara bahagianya? Saya pernah mengalaminya. Dan meski saya agak baper, tp saya bisa memahami bhw dia memiliki keterbatasan shg tdk mengundang saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar