Dibalik pria yang hebat, selalu ada wanita hebat. Kalau bukan ibunya, pasti istrinya (atau mungkin sekretarisnya? ;p)
Dan tidak ada laki-laki hebat yang mau menikahi perempuan yang tidak hebat. Kalau kamu mengenal laki-laki hebat yang istrinya kelihatan biasa-biasa saja, bisa jadi:
1. Si istri memiliki kehebatan yang tak kasat mata (#apasih) yang tidak bisa dilihat oleh sembarang orang. Hanya orang-orang terdekatnya yang bisa tahu kehebatannya. Misalnya meski tampaknya biasa saja, si istri ternyata punya kesabaran yang luar biasa, doa yang luar biasa, visi-misi keluarga yang luar biasa, sifat keibuan yang luar biasa, managerial keuangan keluarga yang luar biasa, kekayaan orangtua yang luar biasa (ini sih suami matre), dukun yang luar biasa (yaelah) .... atau kecerewetan yang tiada tara (haha).
2. Standar kehebatan kamu yang perlu diubah/ diperluas. Kalau standar "wanita hebat" versi kamu adalah yang tinggi putih cantik kaya raya semlohai, berarti standar kamu sempit banget. Atau kalo kamu nyari istri hanya yang pintar masak, hobi beberes rumah, rajin nyetrika baju ... mungkin kamu nyari asisten rumah tangga bukan nyari istri.
Saya ga bilang bahwa perempuan yang tinggi putih cantik kaya raya semlohai itu bukan istri yang hebat. Saya juga ga bilang bahwa perempuan yang pintar masak, hobi beberes rumah dan rajin nyetrika baju itu mendingan jadi asisten rumah tangga aja. Hanya saja, kadang kita terlalu sempit mendefinisikan "perempuan hebat". We judge people easily. Inget kasus "Ibu bekerja vs Ibu bekerja di rumah" yang sempet heboh di FB beberapa waktu lalu kan? Perempuan yang bekerja sibuk posting "buat apa sekolah tinggi2 kalau di rumah aja", sementara perempuan yang bekerja di rumah heboh membalas "mendingan anak gue dong dididik sama sarjana, daripada anak lo dididik pembantu". Duh! Padahal nggak ada lho ibu bekerja yang dengan entengnya ninggalin anaknya di pagi hari, dan bisa jadi ibu yang nggak bekerja di luar rumah itu justru lebih sibuk daripada ibu bekerja. Jadi sodara-sodara, jangan maksa orang lain untuk memakai sepatumu.
Begitu juga tentang "istri hebat". Jangan dengan mudahnya menilai kehebatan orang lain. Kamu nggak jadi hebat dengan meremehkan orang lain, dan sebaliknya, kamu nggak jadi butiran debu karena mengakui dan belajar dari kehebatan orang lain.
Saya ga bilang bahwa perempuan yang tinggi putih cantik kaya raya semlohai itu bukan istri yang hebat. Saya juga ga bilang bahwa perempuan yang pintar masak, hobi beberes rumah dan rajin nyetrika baju itu mendingan jadi asisten rumah tangga aja. Hanya saja, kadang kita terlalu sempit mendefinisikan "perempuan hebat". We judge people easily. Inget kasus "Ibu bekerja vs Ibu bekerja di rumah" yang sempet heboh di FB beberapa waktu lalu kan? Perempuan yang bekerja sibuk posting "buat apa sekolah tinggi2 kalau di rumah aja", sementara perempuan yang bekerja di rumah heboh membalas "mendingan anak gue dong dididik sama sarjana, daripada anak lo dididik pembantu". Duh! Padahal nggak ada lho ibu bekerja yang dengan entengnya ninggalin anaknya di pagi hari, dan bisa jadi ibu yang nggak bekerja di luar rumah itu justru lebih sibuk daripada ibu bekerja. Jadi sodara-sodara, jangan maksa orang lain untuk memakai sepatumu.
Begitu juga tentang "istri hebat". Jangan dengan mudahnya menilai kehebatan orang lain. Kamu nggak jadi hebat dengan meremehkan orang lain, dan sebaliknya, kamu nggak jadi butiran debu karena mengakui dan belajar dari kehebatan orang lain.
3. Kamu lagi nonton drama Korea. No comment kalo ini mah. Udah nikmati aja ceritanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar