Mungkin ada beberapa alasan mengapa saya suka pergi kemana-mana sendirian.
Alasan pertama, dan alasan yang paling jelas, adalah karena saya terlalu lama sendiri (trus nyanyi lagunya Kunto Aji #halah) sehingga saya terbiasa kemanapun sendirian. Banyak orang yang bertanya "kok bisa sih nonton bioskop sendirian?" atau "kok makan di restoran sendirian?", tapi anehnya saya tidak pernah merasa kegiatan-kegiatan tersebut aneh jika dilakukan sendiri.
Alasan kedua, karena saya merasa lebih bebas sendirian. Bukannya saya tidak punya teman nonton atau makan bareng, tapi ada kalanya nonton dan makan sendirian memang lebih menyenangkan. Kita bebas menentukan makan apapun, atau nonton film apapun yang kita mau, tanpa harus mempertimbangkan apa yang ingin dimakan/ditonton orang lain.
Alasan ketiga, karena saya tidak suka bertanggungjawab atas orang lain. Saya bisa dengan mudah menentukan mau makan/ nonton apa, tapi lebih sulit kalau ditanya "kita mau makan apa nih?". Kalau saya salah memilih makanan untuk diri saya sendiri dan ternyata tidak enak, toh saya sendiri yang menikmatinya. Kalau saya salah memilih film dan ternyata tidak bagus, toh saya sendiri yang mati kebosanan menontonnya. Tapi kalau saya harus memilihkan makanan/ film yang akan dinikmati/ ditonton orang lain, saya akan merasa bersalah jika ternyata makanan/ film yang saya pilih mengecewakan orang lain (bahkan meski orang tersebut tidak menyalahkan saya) Saya tidak suka membuat keputusan untuk orang lain. Mungkin itu kenapa saya belum bisa menjadi pemimpin yang baik.
Itu kenapa saya lebih suka melakukan perjalanan sendiri. Saya bisa menentukan destinasi sendiri, dan bahkan jika saya melakukan kesalahan atau nyasar dimana-mana selama perjalanan, hanya saya sendiri yang menderita, dan tidak melibatkan orang lain dalam kesulitan yang saya sebabkan. Kalaupun melakukan perjalanan bersama-sama, saya lebih memilih menjadi pengikut dibanding menjadi orang yang mengatur perjalanan. Saya bukan pengikut yang cerewet, sehingga saya dengan mudah mengikuti perjalanan yang telah diatur oranglain. Kalaupun selama perjalanan kami nyasar kemana-mana, setidaknya saya tidak didera perasaan bersalah karena telah menyebabkan oranglain nyasar. Saya tidak keberatan tersesat (karena nyasar memang salah satu bakat saya), saya hanya tidak tahan menghadapi perasaan bersalah jika membuat orang lain susah. Itu mengapa saya tidak suka mengatur perjalanan untuk orang lain.
Itulah mengapa saya kagum pada mereka yang berani melakukan perjalanan bersama. Karena saat kita memutuskan untuk berjalan bersama orang lain, berarti kita telah berani bertanggung jawab atas orang lain. Saat kita berani melakukan perjalanan hidup bersama orang lain, bukan berarti kita tidak takut akan mengecewakan orang tersebut .... hanya saja kita berani untuk percaya pada diri sendiri bahwa kita akan berusaha sekuat tenaga membahagiakannya. Mereka yang berani melakukan perjalanan bersama, meski tidak bisa selalu bisa mengambil keputusan yang tepat dan mungkin akan menyakiti orang yang bersamanya, tapi mereka berani bertanggungjawab, tidak berlarut-larut pada rasa bersalah, dan berfokus memperbaiki keadaan.
Groningen, 5 Januari 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar