Luna Lovegood inside. Noda Megumi outside.

Sabtu, 19 April 2014

FIGURAN

Hari Pertama

Hai Fian,

Apa kabar?
Kalimat ini biasanya ditanyakan oleh seseorang kepada kawan yang sudah lama tidak ditemuinya. Tapi nggak apa-apa kan saya menanyakan pertanyaan ini ke kamu? Saya anggap kamu teman lama, sebagai sesama Dumbledore’s Army, meski di dunia Muggle ini kita baru saja berkenalan. Tidak perlu menutupinya lagi. Kalau kamu bukan Dumbledore’s Army, nggak mungkin kamu bisa menjawab pertanyaan itu dengan jawaban seperti itu. Mengaku saja lah.

Dear Fian,
Ini surat pertama saya dari rangkaian program 30 Hari Menulis Surat Cinta untuk kategori Dua Hati. Sudah tiga tahun berturut-turut saya mengikuti program ini tiap bulan Februari. Baru tahun ini ada kategori Dua Hati ini. Dan meski tidak punya partner untuk saling berkirim surat, saya tetap mendaftar.
Beruntung karena Bosse yang baik hati berinisiatif “menjodohkan” para peserta Dua Hati yang belum punya sahabat-pena. Dia membuat kuis yang terdiri dari beberapa pertanyaan. Berdasarkan kecocokan jawaban para peserta, Bosse memilih pasangan-pasangan kategori Dua Hati.
Dan pertanyaan itulah yang mempertemukan kita.

Apa yang kamu lakukan untuk melupakan masa lalu?

Diantara sekian banyak peserta, hanya kita berdua yang menjawab begitu. Itu mengapa saya yakin bahwa kamu adalah anggota Dumbledore’s Army. Kamu dari asrama mana? Hahaha.

Obliviate.

Salam kenal, Fian. Let us  jinx each other. Haha.

* * *

Hari Kedua

Hai Fajar,

Alohomora! Buka pintunya dan ijinkan saya masuk.
Senang berkenalan, Sobat! Percuma aku menyamar menjadi Muggle, kamu tetap bisa mengenaliku. Kamu pasti seorang Auror.
Tidak seperti kamu yang sudah 3 tahun ikut serta, ini pertama kalinya aku ikut program 30 Hari Menulis Surat Cinta. Menyenangkan juga sepertinya bisa menulis surat cinta tanpa harus punya pacar dulu. Lagipula aku belum pernah punya sahabat-pena sebelumnya.
Menurutmu, apa yang biasa dibicarakan antar sahabat-pena?
Karena ini pengalaman pertamaku menulis surat cinta, mohon bimbingannya ya.  Yoroshiku onegaishimasu, Senpai.

Oiya, dari asrama mana saya berasal? Use your ligilimency, if you dare.

* * *

Hari Ketiga

Dear Fian,
Are you challenging my ligilimency? Kamu menantang orang yang salah.
Saya Muggle-born, Fian. Keuntungan buat saya karena saya bukan hanya ahli merapal mantera, saya juga lumayan ahli memanfaatkan teknologi para Muggle ini. Mereka punya teknologi yang bernama Google, Fi. Karena kamu sudah lama menyamar menjadi Muggle, kamu pasti juga tahu cara menggunakannya.
Tanpa harus menguras habis kemampuan ligilimency pun, saya tahu kamu adalah mahasiswa farmasi tahun terakhir. Kamu anak bungsu dari 3 bersaudara. Kakak perempuanmu seorang dokter. Dan abangmu kuliah di NTU. Sagitarius, Shio Kambing dan bergolongan darah A.  Suka lagu dan musik Tompi, Barry Likumahua dan Yiruma.
Mudah menemukan semuanya di akun facebook dan twittermu.
Soal asrama, saya bukan Topi Seleksi. Untuk yang satu ini, saya memang harus menggunakan ligilimency tingkat tinggi.

Ngomong-ngomong soal menulis surat cinta ini, tidak ada ketentuan tertentu. Kamu bebas menulis dan menceritakan apapun. Asal jangan tentang rahasia Orde Phoenix. Voldemort punya mata-mata dimana-mana. Haha.

* * *

Hari Kelima

Hai Fajar,
Entah karena kemampuan ligilimency-ku yang masih payah, atau karena memang kamu begitu tertutup, nggak ada data pribadi apapun yang bisa aku dapat dari semua media sosialmu. Tapi aku suka sekali berjalan-jalan di blog kamu.
Are you an introvert traveler?

Aku suka foto-foto yang kamu ambil di setiap tempat. Dan cara kamu bercerita tentang tempat-tempat yang kamu kunjungi. Membuat siapapun yang mengunjungi blogmu jadi iri setengah mati. Aku salah satunya. Aku berharap suatu saat nanti bisa mendatangi tempat-tempat itu. Bukan hanya melihatnya di foto-fotonya di blogmu.

Aku juga suka membaca semua cerpen dan puisi di blogmu. Jangan GR, tapi aku jadi ketagihan membacanya. Seperti ada semacam candu dalam diksi-diksimu, dalam setiap kalimat dalam cerpen dan puisimu.
Buku-buku apa saja sih yang sebenarnya kamu baca, Fajar? Bagaimana kamu bisa menulis cerita yang memiliki unsur misteri, konspirasi, komedi dan ironi sekaligus? Kamu seperti menggabungkan tulisan Dan Brown, JK Rowling, Kahlil Gibran dan Andrea Hirata dalam satu cerita. Bagaimana puisi-puisimu seperti kumpulan kata-kata rancu tapi bisa membuat haru?

* * *

Hari Kesembilan

Bagi beberapa orang yang memiliki daya ingat yang buruk, atau bagi beberapa yang lain yang memiliki terlalu banyak hal untuk diingat dan dipikirkan, Pensieve bisa sangat berguna, Fian. Kita bisa memilih mana kenangan/ ingatan yang hanya perlu disimpan, dan mana yang perlu terus diingat. Saya membekukan waktu dan ingatan saya dalam foto-foto itu. Melalui fotografi, saya bisa memilih, hal-hal apa saja yang ingin saya ingat dan abadikan.
Kalau foto-foto itu adalah Pensieve saya, blog itu seperti Horcrux saya. Melalui tulisan, saya membekukan kesan. Sebagaimana saya ingin diingat dan dikenang oleh banyak orang. Scribo ergo sum, Saya menulis maka saya ada. Saya tidak mau pergi dari dunia tanpa meninggalkan apa-apa. Kalau saya belum bisa menjadi orang besar yang biografinya ditulis saat saya meninggal nanti, maka saya memutuskan untuk menulis sendiri tentang hal-hal yang saya pikirkan. Kelak anak dan cucu saya bisa membaca impian-impian saya. Kalau saya belum mampu meraihnya semasa hidup, anak-cucu saya mungkin akan berbaik hati meraih impian itu untuk saya.
Ngomong-ngomong, saya berencana membagi jiwa saya dalam satu Horcrux lagi. Setelah bertahun-tahun saya hanya menulis di majalah dan surat kabar, sekarang saya sedang mengedit draft novel pertama saya. Kamu mau membacanya?

* * *

Hari Kelimabelas

Kayaknya kehidupanmu menyenangkan banget ya Fajar? Kamu selalu bisa jalan-jalan keliling Indonesia dan mengabadikan pemandangan-pemandangan indah itu.

Everyone will die. But not everyone ever live.

Dan aku rasa, kamu adalah manusia beruntung, Fajar. Bisa benar-benar merasa hidup. Bisa memilih untuk melakukan hal-hal yang kamu sukai. Bisa menikmati pemandangan yang kamu inginkan. Bisa menulis apapun yang kamu pikirkan.
Nggak semua orang seberuntung itu. Pilihan, bagi beberapa orang adalah harta karun, saking sulitnya ia mendapatkannya. Beberapa orang terpaksa melakukan hal-hal yang dipilihkan orang lain untuknya. Aku, misalnya, setiap hari harus menghapal hal-hal yang nggak pingin aku ingat. Setiap hari harus menikmati pemandangan di laboratorium. Dan setiap hari harus menulis laporan praktikum.

Draco dormiens nunquam titilandus, Fajar.
Kamu sudah benar-benar membangunkan naga yang sedang tidur.
Kamu yang mengajakku traveling duluan ya. Kamu sudah terlanjur berjanji mengajak aku ke Gunung Papandayan saat liburan semester ini. Jadi jangan lupa janjimu! Aku adalah pengingat yang baik. Terutama soal janji-janji.

Ngomong-ngomong, kamu kuliah/ kerja dimana sih?

* * *

Hari Keduapuluh

Hidup adalah perjalanan, Fian. Entah kita mengikuti arus, atau berenang melawannya. Hanya karena seseorang selalu tertawa-tawa, bukan berarti hidupnya tidak pernah susah. Pun, hanya karena seseorang selalu berpuisi galau di twitter, bisa jadi dia melakukannya sambil ngupil. Haha.
Keberuntungan bukan harta karun. Keberuntungan adalah pertemuan antara kesempatan dan kesungguhan. But yeah, kamu bisa bilang saya beruntung bahwa saya bisa selalu berkeliling Indonesia dan bertemu dengan banyak anak-anak. Apa saya pernah bilang bahwa saya sangat mencintai anak-anak dan mengajar adalah hobi saya? 
Tentang pekerjaan atau kuliah dimana, bukanlah hal yang penting bagi sebuah persahabatan kan? Tapi tentu saja sebagai sesama anggota Orde Phoenix, kita perlu saling tahu dimana rekannya yang lain sedang menyamar di dunia Muggle. Meski begitu, Orde tidak pernah membicarakan rahasia di forum umum kan?
Kalau kamu begitu ingin tahu tentang saya, pastikan kamu datang ke acara Gathering 30HMSC. Kamu mungkin akan kesulitan mengenali saya, karena saya tidak pernah pasang foto diri saya di semua media sosial saya. Dan saya juga tidak bisa menunjukkan Morsmordre, karena saya bukan Death Eater, supaya kamu bisa mengenali saya. Tapi tenang, saya akan segera mengenali kamu, lima detik setelah kamu datang.
So, sampai ketemu disana ya.

Ngomong-ngomong soal janji-janji, apa kita perlu melakukan Fidelius Charm? Haha.

* * *

Hari Ke tiga puluh lima

Saya menulis surat kali ini sambil mendengarkan sebuah lagu, Fian. Jika saya menyanyikannya satu dekade yang lalu, mungkin kamu akan merasa saya tukang gombal. Tapi dengan segala teknologi yang ada saat ini, bukan mustahil kita bisa mengenali seseorang bahkan sebelum bertatap mula langsung dengannya. Iya kan?
Tidak butuh waktu lama untuk mengenalimu. Seperti janji saya, saya cuma butuh waktu lima detik untuk mengenali kamu, sejak kamu masuk ke kafe dengan wajah takut-takut. Secara fisik, kamu begitu sama dengan yang banyak terlihat di media sosialmu. Tapi saat mulai ngobrol, saya baru tahu bahwa kamu begitu berbeda dengan yang saya kenal selama ini. Ternyata kamu sependiam itu, tidak seperti semua tulisanmu yang panjang lebar saat kita berbalas postingan blog.
Tapi anehnya, saya suka ngobrol sama kamu.
Meski program 30 Hari Menulis Surat Cinta sudah berakhir, dan kita sudah saling bertukar nomor WhatsApp, saya harap kita terus saling menulis seperti ini.


Maybe it's intuition 
But some things you just don't question
Like in your eyes, I see my future in an instant and there it goes
I think I've found my best friend
I know that it might sound more than a little crazy but I believe 

There's just no rhyme or reason
only this sense of completion
and in your eyes I see the missing pieces I'm searching for
I think I found my way home
I know that it might sound more than a little crazy but I believe

I knew I loved you before I met you
I think I dreamed you into life
I knew I loved you before I met you
I have been waiting all my life

A thousand angels dance around you
I am complete now that I found you

I Knew I Loved You (SAVAGE GARDEN)

* * *

Hari ke empat puluh

Aku kehabisan kata-kata, Fajar, saat akhirnya kita bertemu kemarin. Apa kamu pernah bertemu dengan seseorang yang begitu sama sekaligus begitu berbeda dengan kamu? Aku merasakan hal itu saat kemarin bertemu kamu.
Entah kenapa aku makin merasa kita punya banyak kesamaan. Kita membaca buku-buku yang sama. Kita menikmati genre film yang sama. Menyukai lagu-lagu yang sama. Tapi di saat yang sama, sifat kita begitu berbeda.
Kamu seperti yang aku bayangkan, sekaligus sangat jauh dari yang aku perkirakan. Saat berhadapan dengan kamu, aku seperti melihat cermin. Seperti melihat bayangan diri sendiri. Begitu sama dengan saya, sekaligus berkebalikan.
Orang-orang akan cenderung bersama dengan orang yang serupa dengan mereka. Tapi ada kalanya juga kita ingin bersama dengan seseorang yang berkebalikan dengan kita, karena kita mengagumi kualitas-kualitas tertentu yang dimilikinya, kualitas yang nggak kita punyai dan kita berharap bisa memilikinya suatu saat nanti seperti dia.
And you have those admiring qualities I don’t have. Kamu ceria. Hangat, seperti matahari. Bisa membangun suasana. Perhatian. Dan selalu menyebar aura positif.


Aren't you somethin' to admire?
'Cause your shine is somethin' like a mirror
And I can't help but notice, you reflect in this heart of mine
If you ever feel alone and the glare makes me hard to find
Just know that I'm always parallel on the other side

It's like you're my mirror, My mirror staring back at me
I couldn't get any bigger with anyone else beside of me
And now it's clear as this promise that we're making two reflections into one
'Cause it's like you're my mirror, My mirror staring back at me, staring back at me

Aren't you somethin', an original
'Cause it doesn't seem merely a sample
And I can't help but stare, 'cause I see truth somewhere in your eyes
I can't ever change without you
You reflect me, I love that about you
And if I could, I would look at us all the time

Mirrors (Justin Timberlake)

* * *



Hari Ke empat puluh tujuh

Beberapa orang memiliki hati yang seperti rumah raja yang megah. Kamu baru bisa memasukinya setelah melalui serombongan penjaga, serangkaian pemeriksaan dan berlapis-lapis pagar dan pintu. Beberapa yang lain seperti taman bermain. Siapa saja bisa bermain dengan bebas di sana. Tapi beberapa yang lain seperti rumah kecil dengan halaman yang luas. Siapa saja bisa bermain di halamannya yang luas. Tapi jangan harap bisa memasuki rumah kecil di tengah-tengah situ. Tidak ada pagar pembatas, tidak juga penjaga yang galak. Hanya labirin di depannya.
Kamu seperti itu, Fian. Seperti halaman dengan labirin. Saya lebih suka menganggapnya Marauder’s Map. Sekilas seperti selembar kertas kosong. Siapa saja merasa sudah melihatnya, tanpa pernah benar-benar mengetahui isinya.
Tapi saya ingin tahu, lorong rahasia apa saja yang tersembunyi di peta itu. Apakah boleh saya membuka peta itu?
I solemnly swear that I am up to no good.

* * *

Hari ke lima puluh

Yes, indeed, it’s Marauder’s Map. The place where I hide my labyrinth. It’s my hiding place, the world I runaway from.
Nggak semua orang aku ijinkan berkunjung. Karena beberapa orang cuma ingin bermain-main di halamannya, tanpa benar-benar ingin masuk. Akhirnya aku yang sudah terlanjur membuka pintu, malah masuk angin. Sekarang aku nggak membuka pintu lagi kalau nggak ada yang mengetuk pintunya.
Semua orang boleh saja bermain-main di halaman rumahku. Tapi hanya kepada yang mengetuk pintu dan terlihat benar-benar ingin masuk, aku membukakan pintu.
Kamu mau masuk, Fajar? Jika ya, jangan pergi dengan meninggalkan kekacauan di dalamnya.
Mischief managed!

* * *

Hari Ke enam puluh tujuh

"Do not pity the dead, Harry. Pity the living, and, above all those who live without love."  (Albus Dumbledore kepada Harry Potter)

Hanya karena saat ini kamu sedang menjalani hidup yang dipilihkan orangtuamu, Fian, bukan berarti kamu hanya seorang figuran. Setiap orang adalah pemeran utama dalam kehidupannya masing-masing. Jangan lagi meremehkan diri sendiri.
Bukannya saya sok tahu. Tapi menjadi anak bungsu dengan dua kakak yang berprestasi cemerlang memang tidak mudah. Rasanya semua kecemerlanganmu tidak cukup berkilau karena kedua kakakmu sudah menunjukkan kecemerlangan yang sama. Tidak ada yang akan peduli pada si nomer dua dan nomer tiga. Orang-orang di dunia hanya mengenal Neil Amstrong sebagai orang yang pertama kali menginjakkan kaki di bulan, tanpa peduli pada rekannya yang lain. Selalu seperti itu. Hanya yang nomer satu yang diingat orang-orang.
Therefore, if you can not be the first, be different, Fian!
Kamu bilang bahwa hidup saya begitu mudah dan menyenangkan? Karena saya bisa menjalani hidup yang saya pilih sendiri? Menjelajah, menulis dan mengajar. Pilihan bisa jadi harta karun, Fian. Di saat yang sama, itu adalah tanggung jawab. With great power, comes great responsibility. Begitu kata Uncle Ben-nya Peter Parker.
Be strong, Fian!


Cause with your hand in my hand and a pocket full of soul
I can tell you there’s no place we couldn’t go
Just put your hand on the glass, I’ll be trying to pull you through
You just gotta be strong

Mirrors (Justin Timberlake)

* * *

Hari ke delapan puluh lima

Aku nggak pernah benar-benar percaya pada kebetulan, Fajar. Kebetulan adalah serangkaian takdir yang sudah direncanakan Tuhan. Sekarang aku ngerti, kenapa dulu kita bisa dipertemukan oleh sebuah kata Obliviate.

Apa yang kamu lakukan untuk melupakan masa lalu?

Setelah mendengar ceritamu semalam, aku pikir Obliviate adalah jawaban yang keluar dari dalam hatimu kan? Sebegitu besarnya kamu ingin melupakan masa lalu?
Kata orang, kita nggak bisa memulai yang baru kalau kita belum selesai dengan urusan lama, Fajar. Jangan jadikan aku sebagai bayang-bayang masa lalu kamu.

* * *

Hari ke seratus

Introvert dan golongan darah A ternyata memang bukan kombinasi yang mudah. Apa kamu tahu bagaimana rasanya berada di sampingmu selama ini, Fian? Seperti duduk bersebelahan dengan gunung es. Saya kedinginan.
Apapun yang saya lakukan, kamu tidak juga mencair. Selalu saya yang memulai percakapan, kamu tidak pernah mulai menyapa duluan. Selalu saya yang kebingungan mencari topik obrolan supaya kita bisa terus ngobrol, sampai kadang-kadang usaha terbaik yang bisa saya lakukan adalah menanyakan kegiatanmu sehari-hari seperti sedang menginterogasi tawanan polisi. Untuk tahu tentangmu, saya benar-benar harus menguras Ligilimency saya.
Tiap bertemu denganmu, kita ngobrol seperti sedang sidang skripsi saja. Kamu hanya menjawab singkat-singkat. Kamu seperti punya dua kepribadian: kepribadian tulis dan kepribadian lisan. Macam jenis-jenis ujian anak kuliah saja.
Apa kamu masih marah sama saya karena masa lalu yang saya ceritakan padamu waktu itu? Kalau iya, tidak ada yang bisa saya lakukan. Saya tidak bisa mengubah masa lalu saya. Tapi saya sudah bilang bahwa saya ingin memulai masa depan saya bersama kamu kan? Hanya itu yang bisa saya tawarkan, kalau kamu menerima.


Say something, I'm giving up on you
I'll be the one, if you want me to
Anywhere I would've followed you
Say something, I'm giving up on you

And I am feeling so small. It was over my head
I know nothing at all
And I will stumble and fall, I'm still learning to love
Just starting to crawl

And I will swallow my pride
You're the one that I love
And I'm saying goodbye

Say Something (Big Great World feat Christina Aguilera)


Sementara ini saya menyerah. Saya akan pergi. Mungkin dua atau tiga minggu. Kamu bisa memikirkannya sekarang, tanpa gangguan tiap hari dari saya, apakah kamu akan merasa kehilangan saya kalau saya tidak ada?
* * *

Hari ke seratus sepuluh

Katanya, nggak ada orang lain yang bisa mencintai orang yang nggak mencintai dirinya sendiri. Tapi kamu mampu bertahan selama 4 bulan ini. Kamu memang hebat, laki-laki matahari, meski kamu mengira kamu nggak berhasil mencairkan saya.
Bukan salah kamu kalau kamu merasa bosan dan kedinginan bersama aku. Nggak ada yang bisa betah bersamaku selama ini. Dan meski aku pikir kamu berbeda dengan yang lain, aku nggak menyalahkan kamu kalau kamu menjadi bosan. Aku memang punya bakat tersembunyi untuk membuat orang bosan. Tapi seperti katamu, bosan bukan alasan putusnya sebuah hubungan kan?
Maaf kalau aku terlalu dingin. Maaf kalau beberapa minggu ini aku jadi posesif dan pencemburu. Kadang masa lalu bisa lebih kuat dan lebih kejam dalam urusan merusak logika. Dan aku lemah soal ini. Maaf.


Cause I wanna fly, fly me up so high
Take me to the skies I won't get by
Itsu made mo kimi no koe ga boku no kokoro de hibiku 
(Your voice always resounds in my heart)
If you can't believe me, take me home

Kimi no chiisana te o semete ato sukoshi
Tsuyoku nigirishimete ita nara
yukkuri ashita wo matte rareta noni
namida no wake shitte ita kedo ima de wa mou ososugiru kara
sore wa sugiyuku keshiki no you ni
(I should have held your small hands tightly
At least for a little while
So that we could wait for tomorrow at ease
I understood the reason for your tears, but it's already too late
And you disappeared like a scenery)

Fly (Monkey Majik)


Berapa lama kamu mendaki Semeru? Kamu mungkin lupa janji kamu untuk mengajak aku ikut bertualang. Kalau kamu sudah kembali nanti, rasanya aku perlu mengikat kamu dengan Unbreakble Vow, supaya kamu nggak melupakan janjimu lagi.
Oiya, kalau aku wisuda nanti, kamu datang ya. Aku mau mengenalkan kamu ke orangtuaku. Kalau kamu berani.

* * *

Hari ke seratus delapan puluh

Kata seorang teman, cinta bukan hanya urusan perasaan dua orang. Cinta adalah serangkaian persetujuan. Kali ini saya terpaksa mengakuinya, Fian.
Urusan para orangtua ini ternyata tidak semudah yang saya bayangkan sebelumnya. Siapa menyangka orangtuamu akan mempermasalahkan pekerjaan saya yang hanya seorang penulis, bahkan meski saya sudah bilang bahwa buku pertama saya akan segera terbit. Wajar saja sebenarnya kalau orangtuamu khawatir. Pekerjaan saya bukan pekerjaan kantoran atau yang bergengsi seperti kakak iparmu yang seorang arsitek.
Saya sendiri juga lupa diri bahwa saya berasal dari keluarga Syafiq yang berdarah Arab. Seperti kebiasaan di keluarga kami, kakak-kakak sepupu saya dinikahkan dengan pemuda/ gadis yang dipilihkan orangtua mereka. Saya lupa bahwa saya masih terikat tradisi itu.
Ini membuat saya frustasi, Fian. Apa kamu bisa melihat jalan keluar dari masalah ini?
Mungkin benar adanya kita baru menyadari sebesar apa perasaan kita kepada seseorang saat kita dihadapkan pada keadaan akan kehilangan dirinya.


Staring at the bottom of your glass
Hoping one day you'll make a dream last
But dreams come slow and they go so fast
You see her when you close your eyes
Maybe one day you'll understand why
Everything you touch surely dies

Staring at the ceiling in the dark
Same old empty feeling in your heart
'Cause love comes slow and it goes so fast
Well you see her when you fall asleep
But never to touch and never to keep
'Cause you loved her too much
And you dived too deep

But you only need the light when it's burning low
Only miss the sun when it starts to snow
Only know you love her when you let her go
Only know you've been high when you're feeling low
Only hate the road when you're missin' home
Only know you love her when you let her go

Let Her Go (The Passenger)

* * *

Hari ke seratus delapan puluh dua

Kamu bertanya pada orang yang salah, Fajar Syafiq. Sejak kecil aku adalah orang penakut yang nggak pernah berani memperjuangkan cita-cita sendiri. Sejak kecil orangtua saya selalu memilihkan apa yang terbaik menurut mereka, mengikuti jejak kakak perempuan dan abang saya, meski pada akhirnya saya nggak pernah bisa menjadi secemerlang mereka dan membuat orangtua aku bangga. Aku rasanya hanya figuran dalam cerita hidupku sendiri.
Meski aku selalu berusaha menghindari konflik, tapi aku nggak takut terhadap konflik. Meski begitu, beda kasusnya kalau terkait dengan orangtua. Aku memang nggak pernah menentang orangtuaku.
Kalau kamu tanya aku, apa yang harus kita lakukan, aku nggak tahu.
Tapi Fajar, aku pernah dengar sebuah kalimat: If there is no a happy ending, maybe its not the ending yet.

Sementara teduhlah hatiku
Tidak lagi jauh, Belum saatnya jatuh
Sementara ingat lagi mimpi, Juga janji-janji
Jangan kau ingkari lagi

Sementara lupakanlah rindu
Sadarlah hatiku, hanya ada kau dan aku
Dan sementara akan kukarang cerita
Tentang mimpi jadi nyata untuk asa kita berdua

Percayalah, hati lebih dari ini
Pernah kita lalui. Jangan henti disini
Tak kan lagi kita mesti jauh melangkah
Nikmatilah lara. Jangan henti disini

Sementara (Float Project)



* * *