Luna Lovegood inside. Noda Megumi outside.

Senin, 23 Januari 2012

LOVE WHAT YOU DO, DO WHAT YOU LOVE


Benar adanya quote yang mengatakan your career is not always your job, your job is not your career. Berapa banyak orang yang mengerjakan hal-hal yang tidak disukainya, atau orang-orang yang tidak mencintai apa yang dikerjakannya?

Berapa banyak orang yang bekerja di tempat yang tidak sesuai idealisme dan kata hatinya, hanya karena mengharap pensiun? Hanya karena mengharap kepastian hidup. Padahal, pernah nggak sih hidup itu menjadi sesuatu yang pasti? Satu-satunya yang pasti dalam hidup kan adalah ketidakpastian itu sendiri? Maka nggak heran kalau kemudian kualitas kerja mereka hanya sebaik apa mereka dibayar, karena toh meski mereka rajin atau malas, kenaikan gajinya akan sama saja. Maka nggak heran kalau begitu banyak instasi pelayanan publik yang terbengkalai karena banyak pekerja yang bermental demikian.

Berapa banyak orang yang memilih pekerjaan karena pekerjaan itu terlihat prestigious, bukan karena suka mengerjakannya? Berapa banyak peneliti yang meneliti hanya demi kenaikan pangkat, bukan karena benar-benar suka meneliti? Berapa banyak orang yang menjadi guru, tapi tidak benar-benar suka mengajar? Hanya karena menganggap pekerjaan itu bergengsi. Atau agar bisa memunjukkan superioritasnya sebagai guru? No wonder kalau banyak murid yang nggak suka belajar, lha wong gurunya juga nggak benar-benar suka mengajar kok.

Berapa banyak orang yang kemudian kecewa karena suatu yang tampak bergengsi dari luar, ternyata tidak sehebat itu? Atau karena gengsi itu kemudian tidak bisa membuat kita bahagia. Karena kekecewaan datang dari pengharapan yang terlalu besar. Padahal kalau kita bekerja karena kita menyukainya, tidak ada hal yang bisa mengecewakan kita karena yang kita harapkan hanya mengerjakan yang kita sukai kan?

Berapa banyak orang yang memilih pekerjaan karena pekerjaan itu adalah pekerjaan turun-temurun keluarganya? Berapa banyak anak-anak yang ingin menjadi penulis, tapi dipaksa untuk menjadi dokter karena hampir seluruh keluarganya adalah dokter? Jadi berapa banyak dokter yang benar-benar mengobati dengan tulus? Terkadang mereka memilih kuliah di Kedokteran juga bukan karena alasan mulia demi menyelamatkan umat manusia ... kadang hanya karena mereka ingin kuliah di fakultas bergengsi.
Berapa banyak anak-anak yang ingin jadi pelukis, tapi dipaksa kuliah Ekonomi karena dia akan mewarisi perusahaan ayahnya?

Berapa banyak orang yang memilih pekerjaan karena pekerjaan itu menawarkan penghasilan tinggi, bukan karena benar-benar cinta mengerjakannya? Berapa banyak orang yang berlomba-lomba ingin jadi pejabat, meski dirinya sendiri tahu bahwa dia tidak se-qualified itu? Itu mengapa terkadang struktur organisasi seringkali membengkak dengan adanya staf ahli- staf ahli. Mungkin karena pejabat itu sendiri tidak punya keahlian apa-apa sehingga mengandalkan staf ahli sebanyak itu (sotoy banget gue).
Berapa banyak orang-orang yang bekerja di dunia marketing demi mendapat gaji tinggi, sementara passionnya adalah di bidang R&D (research & development)?

Berapa banyak orang yang bekerja hanya untuk menyambung hidup, bukan karena mencintai pekerjaannya? Mereka bilang tidak punya pilihan lain selain mengerjakan pekerjaan yang tidak mereka sukai itu.

Well, yeah,  di dunia bernama realitas ini terkadang pilihan-pilihan yang ada tidak semudah itu untuk dipilih. Kadang kita dihadapkan pada idealisme dan kebutuhan finansial. Kita mungkin harus bersikap realistis juga pada akhirnya. Karena perut harus diisi makanan yang dibeli dengan uang. Dan rumah harus dibangun bermodalkan uang. Dan mahar untuk melamar anak gadis orang juga harus dibeli dengan uang.

Tapi bukan berarti kita tidak bisa kembali mengejar impian kita kan?

Banyak jalan menuju Roma. Dan terkadang kamu harus mengambil jalan memutar untuk bisa kembali lagi ke jalan tujuanmu. Kadang kamu harus mengambil jalan memutar hanya untuk bertemu dengan teman seperjalananmu di tepi jalan itu. Tapi seringkali kita mengambil jalan memutar terlalu jauh sampai kita lupa menemukan lagi jalan impian kita yang sebenarnya.

Hidup selalu menawarkan pilihan. Dan memilih untuk mulai mencintai pekerjaan adalah juga sebuah pilihan. Atau memilih untuk mulai melakukan hal-hal yang kita sukai, membuat hobi menjadi mata pencaharian, juga suatu pilihan. Kita lah yang memilih, apakah ingin memilih atau membiarkan orang lain memilihkan jalan hidup kita.

Orang bilang, hidup terlalu singkat untuk dihabiskan bersama pilihan yang salah. Hidup kita cuma sekali, jadi kenapa harus melakukan hal yang tidak kita sukai? Ambilah jalan memutar ke dunia nyata jika memang perlu, tapi jangan lupa jalan pulang ke impian-impian kita. Dan meski jalan pulang ini ternyata sama berlikunya dengan jalan memutar itu, tapi kita tidak akan pernah jemu melakukan hobi kita sendiri.


Tahun 2008. Saya mengambil jalan memutar itu. Melihat dunia luar, dan mengambil ilmu sebanyak-banyaknya dari dunia nyata. Karena sudut pandang yang baru dan lebih luas mencegah kita agar tidak cupat dan berpikiran sempit.

Tahun 2010. Rabb yang Maha Rahim mengijinkan saya menemukan jalan pulang ke impian-impian saya.

Tahun 2011. Saya memilih untuk mengerjakan hal yang saya sukai. Berusaha menjadi lebih bermanfaat (bukan berarti bisa dimanfaatkan) dan lebih berguna (bukan berarti bisa diguna-guna *lhooo??? Hahaha) bagi lebih banyak orang.

Tahun 2012. Sudahkah kita menemukan jalan pulang kita? Atau kita masih ingin berputar setahun lagi?

Lelaki yang Menitipkan Tulang Rusuknya

Kamu!
Yang menitipkan tulang rusuknya kepadaku.
Kapan mau mengambilnya kembali?

Bagaimana kalau nanti aku lupa
Bahwa kamu yang dulu, sebelum kita dilahirkan, menitipkan tulang rusukmu padaku?
Bagaimana kalau nanti aku lupa
Bahwa dulu, sebelum kita dilahirkan, aku pernah berjanji menjaga tulang rusukmu yang ada padaku?

Kamu!
Yang menitipkan tulang rusuknya kepadaku.
Kok lama banget sih mengambilnya kembali?

Bagaimana kalau aku jadi lupa padamu?
Bagaimana kalau nanti aku salah mengenalimu?
Dan kupikir kamu adalah orang lain?
Lalu aku mengembalikan tulang rusukmu kepada orang lain?

Kamu!
Yang menitipkan tulang rusuknya kepadaku.
Apa sih yang sedang kau lakukan?

Kau merencanakan terlalu banyak hal!
Kau memikirkan terlalu banyak resiko!
Kau mengkhawatirkan terlalu banyak rasa sakit!
Padahal yang aku butuh cuma kedatanganmu.

Kamu!
Yang menitipkan tulang rusuknya kepadaku.
Kau terlalu sibuk mencari kesana-kemari.
Padahal aku disini!

Aku cuma takut
Karena terlalu lama terpisah, tulang rusukmu dan patahan tulang rusukmu yang lain yang kau titipkan padaku tidak lagi bisa beresonansi saat mereka bertemu
Lalu kita tidak lagi bisa merasakan getaran itu di rongga dada kita
Dan saling melupakan janji yang sudah dibuat sebelum roh kita menempati tubuhnya

Kamu!
Yang menitipkan tulang rusuknya kepadaku.
Cepat datang dan jangan berbelit-belit!

Minggu, 22 Januari 2012

Dear Prashand Arya

Dear Prashand Arya,

It’s been 4 years since we first met. I’m sure you still remember the way we know each other, don’t you? There’s no need to recall the story, eh?  It’s funny how a pharmaceutical article can connect us.
You, there, were an PhD Candidate. While I was, here, just an undergraduate student. It’s just because the same field of study in Pharmaceutical Science, two people from India and Indonesia can be connected.

Hey Arya!
Remembering the past, when we talked about your research. Sometimes, comparing your pharmaceutical knowledge and mine. But that all were just the begining. In years after, we prefer talk about life rather than research. About your country and mine. About your culture and mine. Your Indian beverage and my Indonesian food. Your family and also mine. Your life and mine. Your religion and mine.

Hey you, the smart Arya,
You always deliver such an interesting topic to be discussed.  Time always fly too fast everytime we chat.  Around 3 a.m of Indonesia Time and 1 a.m of India Time we usually finish the conversation.  You always make me forget that Monday morning is coming, that I will be back to the hectic reality. Somehow, i think  you’re kinda hypnotic J

It’s not only the words you wrote that hypnotize me ,,, you’re voice hypnotize more than I can take. When, without any clue, you called me at my office, i thought my heart would suddenly stop beating. When you make a phonecall, I even couldnt speak anything. It’s not only caused by limitation of my English. It’s more caused by my limitation to control the nerves which control my tongue. Your voice turns my nerves paralyzed.

Arya,
I don’t really notice, how we go thru that topics. In the middle of all our differencies, why did you start to talk about love? There’s no way of any love between us, you know it. But you insist. You always try to make me believe that it’s possible for us.
I said no! But you said that in your society, love is more important than God.
I said no! And you said that you don’t mind to be a muslim just to be with me. What the ___ ????!!!

Do you know, Arya?
After all disapointing things men caused to me, you’re the first one who make me believe that there’s still good man in this world. Ain’t life an irony? Why the good man should be you, the one who cant be my imam?


Dear Prashand Arya,
Aint life an irony? How should we go thru it? I ask you, love.



inspired by:
Devfanny A.A




Hey Kamu! Si Tinggi Besar!

Hey kamu!
Iya, kamu! Yang sudah berdiam diri terlalu lama.
Kenapa sih nggak mau bergerak? Dunia, dan semua hal di sekitarmu berputar dan bergerak, kenapa kamu masih saja berdiam diri? Apa kamu terlalu takut untuk melangkah?

Hey kamu! Yang tidak pernah bisa melupakan.
Berapa tahun sudah berlalu? Dan kenapa belum juga bisa melupakan rasa sakitnya? Itukah mengapa kamu tidak mau memulai yang baru?

Hey kamu! Yang selalu bilang nggak mau mencoba lagi.
Kenapa? Apa dulu kamu jatuh terlalu dalam? Apa dulu rasanya terlalu sakit? Apa rasa sakitnya belum juga hilang?

Hey kamu! Yang nggak pernah bisa percaya.
Kenapa sih nggak mencoba untuk percaya lagi? Ada banyak orang yang bisa menghianatimu di dunia ini. Tapi orang yang amanah, juga sama banyaknya. Lihatlah dengan hatimu, kau akan menemukannya.

Hey kamu! Tahu, nggak? Berapa banyak orang yang berprasangka padamu? Mereka mempertanyakan pilihanmu. Mereka menduga. Mereka menuduh. Lalu bergunjing. Padahal mereka nggak tahu apa-apa.
Aku? Aku bukannya tidak pernah berprasangka. Tapi aku memilih mengkonfrontirmu langsung, dan menanyakan padamu. Sejak itu aku nggak pernah lupa, sorot matamu dan nada suaramu saat bicara “Saya nggak percaya mereka benar-benar mencintai saya.”
Mata dan suaramu menjelaskan lebih banyak dari yang bisa dijelaskan oleh kata-katamu.

Hey kamu! Yang suka senyum-senyum sendiri setiap aku bercerita tentang adik-adik kelasku yang mengidolakanmu. Kamu selalu tertawa setiap mengingat tatapan tajam mereka saat kita bersama. Tatapan tajam itu buatku, tahu! Mereka pasti mengutukku karena bisa-bisanya memonopoli idola mereka, di depan mata mereka, saat mereka sedang stres mengerjakan ujian.
Coba bayangkan kalau kau memegang kepalaku, seperti yang biasa kau lakukan, saat itu di hadapan mereka. Para penggemarmu itu pasti akan langsung kehilangan konsentrasi ujian dan melempariku dengan pulpen tajam. Jangan tertawa ah! yang dilempari itu kan bukan kau, tapi aku!


Hey kamu! Yang digilai banyak perempuan.
Dari mahasiswa sampai yang manager. Yang muda sampai yang dewasa. Yang mungil sampai yang tinggi. Yang langsing sampai yang berisi. Yang lembut sampai yang tegas.
Masa nggak ada satupun dari mereka yang bisa meluluhkan hatimu sih?
Apa standarmu terlampau tinggi sehingga nggak ada yang bisa meraih hatimu?
Tidak adakah yang bisa menyembuhkan sakitmu? Tidak juga aku?

Hey kamu! Yang sering datang ke ruang kerjaku selepas jam kantor. Yang sering meledek preferensi musik K-Pop & J-Pop ku. Yang sering membawakan martabak telor kesukaanku.  Apa kamu benar-benar merasa bahagia menjadi seperti sekarang ini?

Sabtu, 21 Januari 2012

IRONI

Yang satu, lagi praktikum farmasetika. Yang lain, lagi memantau validasi proses.

Yang satu, lagi uji disolusi. Yang satu lagi, review laporan uji disolusi terbanding.

Yang satu, mahasiswa. Yang satu, Plant Director.

Yang satu meeting kurikulum. Yang satu lagi meeting Weekly Schedule.

Yang satu, lagi pusing menghadapi kertas ujian.
Yang satu lagi, pusing menghadapi kertas Failure Investigation Report.

Yang satu, galau penelitian. Yang satu lagi, galau Audit.

Yang satu, hobi makan kepiting. Yang satu lagi, syok anafilaksis tiap makan seafood.

Yang satu mendengarkan New Kid On The Block. Yang satu lagi mendengarkan Super Junior.

Yang satu, nonton Gone With The Wind. Yang satu, nonton Harry Potter.

Yang satu, main sama keponakannya yg berumur 2 tahun.
Yang satu, nemenin keponakannya yang berumur 20 tahun main bilyar.

Yang satu ulang tahun ke 14. Yang satu lagi ulang tahun ke 41.



But there is one thing that never logic