Luna Lovegood inside. Noda Megumi outside.

Kamis, 07 Februari 2013

SELAMAT ULANG TAHUN, MASA LALU



Dear Masa Laluku,
Selamat ulang tahun ya. Aku tidak meminta banyak-banyak kepada Tuhan. Aku cuma memohon semoga semua doamu didengar olehNya.

Tidak perlu kaget begitu, tentu saja aku masih mengingat hari ulang tahunmu. Aku punya ingatan yang kuat, kau tahu? Dulu kau sendiri yang selalu memuji ingatanku kan? Aku tidak pernah melupakan dirimu, sedikitpun.
Ternyata benar kata orang, jangan pernah mencoba melupakan masa lalu. Makin kita mencoba melupakan,kita justru makin mengingatnya. Kata orang, kita hanya perlu hidup dengan baik sampai suatu ketika kita terbangun di pagi hari dan sadar bahwa ternyata selama ini kita sudah melupakan hal-hal di masa lalu.
Aku, sejak kamu menikah 2.5 tahun lalu, tidak pernah lagi berusaha melupakanmu. Lalu apa sekarang aku sudah berhasil melupakanmu? Biar kuceritakan sesuatu.
Semalam aku bermimpi. Bertemu denganmu. Melihat kembali kejadian-kejadian saat kita masih berangkat kuliah dengan kereta yg sama. Saat kita masih membeli buku-buku kuliah bersama. Tidak seperti biasanya yang tiap kali habis bermimpi tentangmu aku selalu terbangun dengan nafas yang sesak dan bekas air mata di sisi-sisi mataku, pagi ini tidak begitu. Hari ini, aku bangun dengan normal, seperti tidak memimpikanmu. Hari ini aku bangun dengan lega. Lega, bukan karena ternyata aku sudah melupakanmu. Lega, karena sekarang aku sudah bisa mengingatmu tanpa rasa perih.

Dear Masa Lalu,
Ingatanku sangat kuat, kau tahu? Bertahun-tahun ternyata tetap tidak mampu membuatku melupakan wajah dan kenangan tentangmu. Itu mengapa aku sudah menyerah untuk berusaha melupakanmu. Aku memutuskan berdamai dengan keputusanmu yang berhenti memperjuangkanku. Aku berdamai dengan masa lalu kita. Terutama, aku berdamai dengan diriku sendiri, belajar memaafkan diriku yang melepaskanmu.

Waktu dulu kita, dengan kesepakatan yang hanya terkatakan lewat mata, memutuskan untuk berpisah, aku berdoa untukmu dan untukku. Semoga hidup kita tetap baik-baik saja tanpa satu sama lain. Semoga 20 tahun dari sekarang, jika kita dipertemukan lagi oleh takdir, kita akan saling menyapa layaknya sahabat lama. Tanpa nafas yang sesak atau nadi yang berdesir.
Aku tahu Tuhan mengabulkan doaku saat aku menerima undangan pernikahanmu. Aku tahu, kamu sudah baik-baik saja tanpaku. Syukurlah demikian.
Bagaimana kabar keponakan laki-lakiku sekarang? Apa dia sudah mulai bicara? Katamu, karena dia lahir di bawah naungan rasi bintang yang sama denganku, dia akan mirip denganku kan?
"Dia Virgo. Dia akan sepintar kamu dan secerewet kamu," katamu dulu kepadaku, waktu dia baru saja lahir.
Aku senang kalau kamu tetap bisa melihat sebagian diriku dalam diri jagoan kecilmu. Semoga dengannya, kamu tidak pernah benar-benar melupakan aku.

Dear Masa Lalu,
Kamu bertanya tentang kabarku sekarang? Aku sangat baik. Aku hidup dengan sangat baik tanpamu. Mengerjakan hal-hal yang aku senangi dan bertemu anak-anak. Itu impianku sejak dulu. Bukankah bagus kedengarannya bahwa meski tanpamu aku tetap bisa selangkah demi selangkah menuju impianku?
Aku tetap mengingatmu, tidak apa-apa kan? Ingatanku tidak akan menyakitimu. Ehm, mungkin menyakitiku, tapi sudah tidak lagi. Seperti aku ceritakan tadi, aku sekarang sudah bisa mengingatmu tanpa rasa perih.
Aku juga sudah menemukan seseorang yang aku selalu ingin berada di sisinya. Dia mirip sepertiku. Sayangnya, sampai sekarang dia masih mengingat masa lalunya dengan rasa perih. Tiap aku menyebutkan nama gadis di masa lalunya, dia marah. Bukankah itu artinya masih ada perasaan di dalam hatinya? Aku berharap suatu hari nanti, dan semoga tidak lama lagi, ia bisa sepertiku, mengingat masa lalu sambil tersenyum. Tanpa rasa perih, tanpa nafas yang sesak dan tanpa jantung yang berdesir.

Dear Masa Lalu,
Aku merindukanmu. Seperti adik yang lama tidak bertemu kakaknya, seperti sahabat yang lama berpisah dari karibnya. Seperti masa lalu yang menerka-nerka masa depan.


Salam sayang,

Masa lalumu, yang tidak sempat menjadi masa depanmu.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar