Kebaikan.
Adalah hal sederhana, universal, tapi sering salah dimaknai oleh manusia.
Mungkin seperti halnya banyak perasaan lain. Atau memang manusia adalah tempatnya
sejuta persepsi? Haha. Entahlah.
Kebaikan.
Kadang diartikan sebagai keinginan terselubung. Itu kenapa ada istilah “ada
udang dibalik bakwan”. Kadang meski rasa udangnya terasa enak, sosok si udang
tidak ditemukan juga di dalam bakwannya. Tapi rasa ingin tahu manusia
membuatnya tetap mencari-cari sosok si udang.
Apa yang kamu pikirkan kalau kamu menerima
kebaikan yang sangat besar dari seseorang? Apa kamu pernah bertemu dengan
seseorang yang begitu baik terhadap kamu, sampai kamu salah mengartikannya?
Beberapa gadis mungkin pernah merasakannya. Saat
ada pemuda yang memperlakukannya dengan baik, membantunya dalam banyak situasi,
menemaninya pada banyak hari ... seringkali salah sangka itu muncul.
Dia
baik banget sama aku. Mungkin dia naksir sama aku.
Kelakuan perempuan. Mudah luluh hatinya. Mudah
GR.
Lalu mulailah si gadis berspekulasi ini-itu.
Dia
baik banget sama aku. Nggak mungkin laki-laki bersikap sebaik itu kepada
perempuan kalau bukan karena ada maunya. Dia pasti naksir sama aku.
Padahal bisa jadi, dia memang lelaki yang sangat
baik. Dia memang selalu tersenyum ramah kepada semua orang, bukan hanya kepada
kamu. Dia memang ringan tangan menolong siapa saja yang bisa dibantunya, bukan
hanya menolongmu. Dia memang pandai membagi waktunya sehingga masih punya waktu
untuk nonton bersamamu.
Jadi wahai para gadis, berhentilah berspekulasi
yang tinggi-tinggi.
Jangan-jangan, mungkin sebenarnya tidak ada yang
disebut “pemberi harapan palsu”. Mungkin kita saja yang berpikir bahwa dia
sedang memberi harapan. Mungkin kita yang ingin diberi harapan. Mungkin.
Kali lain, saat seseorang berbuat sangat baik
kepada kita, mungkin kita justru berprasangka buruk.
Jangan-jangan
dia ada maunya. Ada maksud tersembunyi dibalik kebaikannya. Jangan-jangan, dia
mau ngutang nih? Atau nawarin jadi downline MLM?
Ahahaha.
Ada baiknya juga bersikap waspada. Karena tidak
bisa dipungkiri bahwa tidak semua manusia bermaksud baik dengan kebaikan yang
ditunjukkannya. Meski begitu, terlampau curiga juga bukan hal yang tepat.
Kalau kebaikan akan menimbulkan ke-GR-an atau
prasangka buruk, jadi bagaimana seharusnya manusia bersikap? Apa kita ingin
orang lain bersikap tak acuh pada kita, supaya kita nggak GR? Apa kita ingin
orang lain saling menjaga jarak, hanya supaya kita tidak curiga pada
kebaikannya?
Ah, manusia. Tidak suka dijahati. Tapi sering
salah sangka jika diberi kebaikan.
Kita seperti manusia yang terus berusaha mencari
sosok sepotong udang yang tersembunyi di dalam bakwan, karena kita merasakan
rasa udang. Padahal kadang, sampai kapanpun dicari, kita tidak akan menemukan
potongan udang itu, karena udangnya sudah dihaluskan sebelum dicampur ke dalam
bakwan.
Mungkin seperti itulah kebaikan. Kita tidak
perlu berusah payah mencari alasan kenapa seseorang begitu baik kepada kita.
Kita hanya perlu menerimanya, mensyukurinya. Dan membalasnya.
Sesunggunya, kebaikan bukanlah hal yang sudah
selayaknya dilakukan orang lain kepada kita. Bukan kewajiban mereka untuk
berbuat baik kepada kita. Maka ketika mereka baik kepada kita, hargailah dan
balaslah dengan kebaikan juga.
Cukup sedikit berhati-hati supaya tidak
menggigit cabe rawit yang tersembunyi di dalam bakwan. Tidak perlu repot-repot
mencari udang dibalik bakwan.