Benar adanya quote yang mengatakan your career is not always your job, your job is not your career. Berapa banyak orang yang mengerjakan hal-hal yang tidak disukainya, atau orang-orang yang tidak mencintai apa yang dikerjakannya?
Berapa banyak orang yang bekerja di tempat yang tidak sesuai idealisme dan kata hatinya, hanya karena mengharap pensiun? Hanya karena mengharap kepastian hidup. Padahal, pernah nggak sih hidup itu menjadi sesuatu yang pasti? Satu-satunya yang pasti dalam hidup kan adalah ketidakpastian itu sendiri? Maka nggak heran kalau kemudian kualitas kerja mereka hanya sebaik apa mereka dibayar, karena toh meski mereka rajin atau malas, kenaikan gajinya akan sama saja. Maka nggak heran kalau begitu banyak instasi pelayanan publik yang terbengkalai karena banyak pekerja yang bermental demikian.
Berapa banyak orang yang memilih pekerjaan karena pekerjaan itu terlihat prestigious, bukan karena suka mengerjakannya? Berapa banyak peneliti yang meneliti hanya demi kenaikan pangkat, bukan karena benar-benar suka meneliti? Berapa banyak orang yang menjadi guru, tapi tidak benar-benar suka mengajar? Hanya karena menganggap pekerjaan itu bergengsi. Atau agar bisa memunjukkan superioritasnya sebagai guru? No wonder kalau banyak murid yang nggak suka belajar, lha wong gurunya juga nggak benar-benar suka mengajar kok.
Berapa banyak orang yang kemudian kecewa karena suatu yang tampak bergengsi dari luar, ternyata tidak sehebat itu? Atau karena gengsi itu kemudian tidak bisa membuat kita bahagia. Karena kekecewaan datang dari pengharapan yang terlalu besar. Padahal kalau kita bekerja karena kita menyukainya, tidak ada hal yang bisa mengecewakan kita karena yang kita harapkan hanya mengerjakan yang kita sukai kan?
Berapa banyak orang yang memilih pekerjaan karena pekerjaan itu adalah pekerjaan turun-temurun keluarganya? Berapa banyak anak-anak yang ingin menjadi penulis, tapi dipaksa untuk menjadi dokter karena hampir seluruh keluarganya adalah dokter? Jadi berapa banyak dokter yang benar-benar mengobati dengan tulus? Terkadang mereka memilih kuliah di Kedokteran juga bukan karena alasan mulia demi menyelamatkan umat manusia ... kadang hanya karena mereka ingin kuliah di fakultas bergengsi.
Berapa banyak anak-anak yang ingin jadi pelukis, tapi dipaksa kuliah Ekonomi karena dia akan mewarisi perusahaan ayahnya?
Berapa banyak orang yang memilih pekerjaan karena pekerjaan itu menawarkan penghasilan tinggi, bukan karena benar-benar cinta mengerjakannya? Berapa banyak orang yang berlomba-lomba ingin jadi pejabat, meski dirinya sendiri tahu bahwa dia tidak se-qualified itu? Itu mengapa terkadang struktur organisasi seringkali membengkak dengan adanya staf ahli- staf ahli. Mungkin karena pejabat itu sendiri tidak punya keahlian apa-apa sehingga mengandalkan staf ahli sebanyak itu (sotoy banget gue).
Berapa banyak orang-orang yang bekerja di dunia marketing demi mendapat gaji tinggi, sementara passionnya adalah di bidang R&D (research & development)?
Berapa banyak orang yang bekerja hanya untuk menyambung hidup, bukan karena mencintai pekerjaannya? Mereka bilang tidak punya pilihan lain selain mengerjakan pekerjaan yang tidak mereka sukai itu.
Well, yeah, di dunia bernama realitas ini terkadang pilihan-pilihan yang ada tidak semudah itu untuk dipilih. Kadang kita dihadapkan pada idealisme dan kebutuhan finansial. Kita mungkin harus bersikap realistis juga pada akhirnya. Karena perut harus diisi makanan yang dibeli dengan uang. Dan rumah harus dibangun bermodalkan uang. Dan mahar untuk melamar anak gadis orang juga harus dibeli dengan uang.
Tapi bukan berarti kita tidak bisa kembali mengejar impian kita kan?
Banyak jalan menuju Roma. Dan terkadang kamu harus mengambil jalan memutar untuk bisa kembali lagi ke jalan tujuanmu. Kadang kamu harus mengambil jalan memutar hanya untuk bertemu dengan teman seperjalananmu di tepi jalan itu. Tapi seringkali kita mengambil jalan memutar terlalu jauh sampai kita lupa menemukan lagi jalan impian kita yang sebenarnya.
Hidup selalu menawarkan pilihan. Dan memilih untuk mulai mencintai pekerjaan adalah juga sebuah pilihan. Atau memilih untuk mulai melakukan hal-hal yang kita sukai, membuat hobi menjadi mata pencaharian, juga suatu pilihan. Kita lah yang memilih, apakah ingin memilih atau membiarkan orang lain memilihkan jalan hidup kita.
Orang bilang, hidup terlalu singkat untuk dihabiskan bersama pilihan yang salah. Hidup kita cuma sekali, jadi kenapa harus melakukan hal yang tidak kita sukai? Ambilah jalan memutar ke dunia nyata jika memang perlu, tapi jangan lupa jalan pulang ke impian-impian kita. Dan meski jalan pulang ini ternyata sama berlikunya dengan jalan memutar itu, tapi kita tidak akan pernah jemu melakukan hobi kita sendiri.
Tahun 2008. Saya mengambil jalan memutar itu. Melihat dunia luar, dan mengambil ilmu sebanyak-banyaknya dari dunia nyata. Karena sudut pandang yang baru dan lebih luas mencegah kita agar tidak cupat dan berpikiran sempit.
Tahun 2010. Rabb yang Maha Rahim mengijinkan saya menemukan jalan pulang ke impian-impian saya.
Tahun 2011. Saya memilih untuk mengerjakan hal yang saya sukai. Berusaha menjadi lebih bermanfaat (bukan berarti bisa dimanfaatkan) dan lebih berguna (bukan berarti bisa diguna-guna *lhooo??? Hahaha) bagi lebih banyak orang.
Tahun 2012. Sudahkah kita menemukan jalan pulang kita? Atau kita masih ingin berputar setahun lagi?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar