Luna Lovegood inside. Noda Megumi outside.

Minggu, 03 November 2013

DATANG

Apa kamu percaya jodoh?


Aku selalu percaya tentang jodoh. Meski aku tidak pernah benar-benar percaya bahwa jodoh terus berlanjut dari kehidupan yang satu ke kehidupan berikutnya, dalam reinkarnasi. Aku mempercayai hal yang berbeda. Bagiku, hidup di dunia hanya sekali. Tapi itu bukan berarti jodoh hanya satu. Aku tidak pernah menganggap jodoh hanya mengacu pada hubungan romansa pria dan wanita yang berujung pada sebuah pernikahan hingga maut memisahkan.

Itu mengapa aku merasa kita berjodoh. Meski sejak awal aku bisa melihat dengan jelas jalan di hadapan yang kita jalani, dan ujung perjalanan ini tidak akan pernah sampai kemana-mana, aku tetap menganggap kita berjodoh.

Apa kamu ingat bagaimana kita pertama kali bertemu? Aku ingat.
Apa kamu ingat bagaimana dulu kita mulai saling bicara? Aku ingat.
Kamu pasti tidak ingat. Tidak apa-apa. Biar aku ceritakan lagi.

Kamu datang, tanpa tendensi. Aku menerima, tanpa pretensi.
Kamu datang, tanpa agenda. Aku menerima, tanpa curiga.
Meski begitu, aku tidak segera menurunkan tiraiku. Sampai beberapa waktu lamanya, kamu masih mengira hidupku selalu baik-baik saja. Lama setelahnya baru aku berani menurunkan pertahananku perlahan-lahan. Karena kamu yang terlebih dahulu berani membuka wilayah gelap gulitamu.

Apa kamu ingat bagaimana kita memulai semua ini? Kamu pasti tidak ingat. Tidak apa-apa. Biar aku ceritakan lagi.

Dulu aku yang sering menasehatimu dan membesarkan hatimu. Lucu ya, betapa dulu aku sok bijaksana. Nyatanya, semakin hari kita bersama, justru aku yang banyak belajar darimu. Makin hari aku makin menyadari, sejak awal aku sama sekali tidak bijaksana, tidak juga dewasa. Aku cuma berpura-pura begitu. Kamulah yang sebenarnya lebih dewasa dan bijaksana. Mungkin kamu hanya berpura-pura inferior supaya aku bisa menasehatimu, lalu kamu ingin aku belajar dari nasehatku sendiri.

Dulu aku selalu tertawa-tawa, berpura-pura segalanya baik-baik saja, dan berpura-pura kuat. Lalu kamu mengatakan bahwa tidak apa-apa kalau orang lain tahu bahwa kita tidak baik-baik saja. Katamu, kita tidak perlu selamanya bersikap kuat. Itu kenapa aku mulai sedikit-sedikit membuka sisi gelap gulitaku di hadapanmu.

Lalu aku mulai merasa nyaman bersandar padamu. Dan jadi berlebihan. Aku jadi terbiasa lalu merasa lemah saat tidak bisa bersandar di bahumu. Dan aku jadi makhluk menyebalkan. Mungkin kamu juga sebal, tapi kamu terlalu memaklumiku sehingga tidak pernah mengaku bahwa aku memang mulai bersikap manja dan menyebalkan.

Dulu aku selalu berpikir bahwa menunjukkan perasaan sama artinya dengan menunjukkan sisi lemahku yang selama ini aku tutupi. Itu mengapa aku tidak pernah mau mengakui perasaanku.

Tapi kamu mengatakan, “Aku juga nggak pernah berani mengakui perasaan sebelumnya. Tapi di hadapanmu, aku memberanikan diri, belajar jujur sama perasaanku sendiri. Tapi kamu bahkan nggak pernah mau memulai BBM aku kalau aku nggak BBM kamu duluan.”

Lalu aku mulai membuka diri.

Kangen nggak sama aku?, tanyamu lewat BBM.
Lama aku menimbang-nimbang sampai akhirnya aku memberanikan diri mengaku, Iya, kangen.

Tapi kemudian aku menjadi berlebihan. Berlebihan menunjukkan rasa sayangku sampai kamu merasa risih. Berlebihan cemburu pada orang-orang yang penting bagimu, karena dengan naifnya aku merasa harusnya aku yang paling penting bagimu. Berlebihan membuatmu merasa bersalah jika kamu tidak membalas BBMku, padahal aku seharusnya memahami kesibukanmu.

Aku menjadi orang yang tidak lebih baik bagimu. Bagi diriku sendiri. Dan bagi oranglain.

Tapi sekarang aku sudah sadar. Kamu sedang berusaha membuatku belajar. Iya kan?
Aku belajar, bahwa tidak apa-apa sesekali menurunkan topeng baik-baik saja. Sesekali. 
Tidak apa-apa sesekali menunjukkan perasaan dengan jujur. Sesekali.

Aku juga belajar, mungkin tidak apa-apa sesekali berpura-pura tertawa atau berpura-pura kuat. Karena berpura-pura mungkin awal yang lumayan untuk membiasakan diri, sehingga suatu saat nanti kita bisa benar-benar tertawa dan benar-benar kuat.

Terima kasih sudah datang di kehidupanku. Kurasa kita benar-benar jodoh. Tuhan mengirimmu untuk membuatku belajar.

Terima kasih sudah datang di kehidupanku. Tetaplah disini. Jangan hanya mampir. Meski ini permintaan egois, karena kita sama-sama tahu bahwa kita tidak pernah akan kemana-mana. Tapi jangan pergi.

Terima kasih sudah datang di kehidupanku. 
Jangan pergi. Atau bosan.
Aku akan menjadi lebih baik. Tidak lagi berlebihan menutup diri, atau berlebihan menyayangimu.

Terima kasih sudah datang.

*    *    *

PING!
Tio membuka BBMnya.

Fian : Seharian ini kamu nggak BBM aku?

Tio tersenyum, menahan diri.

Tio : Takut kamu masih sibuk.

Fian : Kita seharian nggak ngobrol, kamu kangen sama aku nggak?

Aku kangen banget. Tapi Tio mengetikkan jawaban yang lain.

Tio : Aku baik-baik aja.







1 komentar:

  1. membuat teringat pada seseorang kak :-)
    kisahnya mirip dengan ini, hahaha

    BalasHapus