Luna Lovegood inside. Noda Megumi outside.

Senin, 26 Desember 2016

HARGA

Belakangan ini saya lg srg dikejar2 om2. Iya si saya sukanya sm tipe om2 (skrg tau kan alasannya knpa saya nikah sm si pacar?). Tapi kali ini om2 yg ngejar2 saya bukan tipe om2 yg biasa saya kejar2 #lho
Om2 yg mengejar2 saya tsb, sayangnya bukan Lee Min Ho, tapi agen marketing rumah.
Dalam masa2 pencarian rumah beberapa bulan ini, saya memang menghubungi bbrp agen penjualan dan pengembang properti rumah untuk nanya2 n survei rumah. Selama masa2 ini, saya bertemu berbagai macam agen marketing/ developer:

1. Agen "Feni Rose"
Adalah tipe agen abis nunjukkin rumahnya, lgsg bilang "buruan booking skrg mbak, bulan depan harganya udh naik lho."
Meski mungkin benar apa yg dikatakan agen marketing/developer tsb bhw kita hrs cpt mengambil keputusan, tp saya tdk suka dg agen yg mendesak spt ini. Apalagi kalo keukeuh bgt nawarin rumahnya. Ujung2nya malah jd merasa terganggu.
Yg pernah merasakan ditaksir n dikejar2 cowok, pasti tau rasa nggak enaknya dikejar2 agen rumah.

2. Agen jujur
adalah agen yg dg jujur menyebutkan kelebihan n kekurangan rumah yg dijualnya, selanjutnya membiarkan kita mempertimbangkan tanpa mendesak. Saya pernah jg ketemu agen spt ini. Dan meski saya krg cocok dg rumah yg ditawarkannya, saya mendoakan smg bisnis properti beliau lancar jaya.
Apa kamu pernah bertemu seseorang yg sangat baik tapi bukan dia yg kamu inginkan untuk menemanimu seumur hidup? Kira2 spt itu rasanya. Kamu tdk bisa bersamanya, tapi kamu setulus hati mendoakan kebahagiannya.

3. Agen berprinsip
Saya menyebut agen spt ini sbg "agen jual mahal" haha. Mereka tahu "harga" mereka, dan mereka tahu "kualitas" mereka, shg kemungkinan nego sgt kecil. Saya pernah bertemu developer perumahan spt ini. Saat nego harga, beliau hny memberi diskon sebesar 5 juta rupiah.
"Kalau mbak cocok, smg mbak berjodoh dg rumah saya. Kalau mbak krg cocok, ga apa2," begitu katanya.
Agen spt ini tdk mau menurunkan "harga"nya karena mereka tahu seberapa baik kualitas mereka. Meski akhirnya saya tdk jd membeli rumahnya krn harganya yg tdk sesuai dg tabungan saya, tp saya menghargai prinsip developer tsb, spt saya salut pada perempuan2 kuat yg tdk berpura2 lemah hny supaya tdk "ditakuti" oleh pria2 insecure yg enggan bersama perempuan2 ini krn takut tdk bisa memimpinnya. Seperti saya kagum pada perempuan2 mandiri yg tdk berpura2 lemah hanya supaya tdk dijauhi oleh laki2 yg selalu ingin dipuja dan dilayani perempuan. Seperti saya takjub pd perempuan2 pencari ilmu yg tdk takut dikomentari "Nanti telat nikah kl sekolah mulu," oleh orang2 iseng yg tdk jg sadar bhw tidak ada jodoh yg dtg terlambat, krn jodoh dtg di waktu yg tepat.

4. Agen "BU" alias "butuh uang"
yaitu orang yg memang sdg butuh uang shg menjual rumahnya dg harga lbh murah.
Ada dua tipe agen yg sdg butuh uang. Pertama, adalah orang yg meski sdg butuh uang shg rela menjual rumahnya dg harga lbh murah, tp jujur dlm mempromosikan rumahnya. Kedua, adl org yg saking kepepetnya butuh uang, dia tdk jujur dlm mempromosikan rumahnya dan malah sm banting harga.
Makanya, meski sbg perempuan normal saya sgt suka diskon, tp dlm membeli rumah, kl diskonnya terlalu besar, saya malah curiga: ada apa sbnrnya dg rumah tsb?
Sama spt kl saya lg nonton sinetron dan melihat perempuan yg saking kepepetnya pgn nikah sampai tdk mjd dirinya sendiri dan mau saja diperlakukan seenaknya oleh laki2 asal laki2 itu mau menikahinya. Malah mencurigakan ga si?

Jadi, agen spt apakah kita?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar