Kata orang, salah satu parameter cinta kita
terhadap sesuatu/ seseorang adalah rasa bangga kita terhadap sesuatu/ seseorang
itu.
Lalu kemudian mungkin kamu bertanya-tanya, mengapa
saya tidak segera mengabarkan berita baik tentangmu kepada orang-orang? Mungkin
kamu bertanya-tanya, apa saya benar-benar mencintai kamu, padahal saya tidak
terlihat bangga dan bahagia atas kehadiranmu?
Jangan buru-buru menduga
dan menarik kesimpulan dulu, Sayang. Sesungguhnya di masa-masa ini begitu
banyak orang yang sesat pikir dan mudah diprovokasi hanya karena terlalu cepat
menduga dan menarik kesimpulan sebelum melihat dari banyak sisi. Kelak di
masamu dewasa nanti, mungkin makin banyak fitnah yang terdengar seperti fakta,
yang akan menyesatkanmu hanya karena kamu tidak mau duduk dan melihat lebih
dalam dan teliti.
Maka, Sayang, saya tidak
segera mengabarkan berita bahagia tentang kehadiranmu kepada orang-orang bukan
karena saya tidak bangga padamu. Bukan pula karena saya tidak mencintai kamu.
Bagaimana mungkin saya tidak mencintaimu jika bahkan jauh sebelum kamu hadir,
saya sudah menunggu-nunggu kamu? Tapi supaya kamu mengerti, biar
saya ceritakan lagi. Kelak saat kamu dewasa,
dan telah melewati banyak hal, kamu akan memahami alasan saya.
Saya adalah perempuan
yang besar bukan dari keluarga yang berkelimpahan harta. Pun tidak mewarisi
separuh kecerdasan Ibu saya. Saya sedikit lebih pintar dari kebanyakan anak sebaya,
tapi bukan anak yang jenius. Juga tidak memiliki keahlian tertentu. Meski tidak
sekeras usaha banyak anak yang harus mencari uang untuk sekolah, atau banyak
anak yang harus begadang atau les sana-sini untuk berprestasi, tapi saya
bukanlah perempuan yang biasa mendapatkan segalanya dengan mudah. Jika saya
ingin makan jajanan kesukaan, saya harus menabung supaya bisa memakannya
sebulan sekali. Jika saya ingin membaca buku cerita kesukaan, saya
harus mengantri untuk meminjam pada teman. Jika ingin menjadi juara kelas, saya harus belajar tekun
tiap hari. Jika ingin lulus cum laude,
saya harus berusaha dengan tekun. Jika ingin bekerja di tempat yang saya
inginkan, terlebih dahulu saya harus pergi jauh merantau belajar di negeri
asing. Jika
menyukai seseorang, saya harus menahan diri supaya tidak patah hati. Banyak hal
yang harus saya perjuangkan dalam hidup. Dan tidak semua perjuangan itu
berhasil. Ada kalanya saya gagal. Di banyak kesempatan, saya tidak bisa
mencapai target. Juga bukan hanya sekali saya bertepuk sebelah tangan.
Apa yang kau harapkan dari seorang perempuan yang
tidak melulu berhasil dalam hidupnya? Saya tidak bisa dengan berani mengumbar
rencana-rencana saya, khawatir kalau rencana tersebut tidak berhasil. Saya
tidak bisa dengan mudah mengungkapkan perasaan saya, karena takut ditolak. Saya
tidak bisa dengan mudah menyampaikan berita bahagia terlalu dini, khawatir pada
akhirnya tidak sesuai ekspektasi.
Apa sekarang kamu sudah mengerti alasan mengapa
saya tidak mengabarkan berita bahagia tentang kehadiranmu kepada orang-orang?
Kalau nanti kamu sudah besar dan bisa membaca ini, http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1110569014000375 dan http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1521693417300548
kamu akan tahu bahwa
saat catatan ini ditulis, angka kejadian keguguran pada trimester awal mencapai
10 -15% dari total kehamilan (semoga di dunia yang kau tinggali kelak, status
kesehatan ibu hamil meningkat sehingga prevalensi keguguran makin menurun). Biar
kuceritakan juga bahwa sebelum kamu hadir di rahim saya, seseorang pernah
berada disana, tapi saya kehilangannya ketika ia belum lagi sebesar kamu saat
ini. Juga
bukan berarti tidak ada risiko keguguran pada bulan-bulan berikutnya setelah
trimester awal.
Maka setelah mengetahui kisah hidup saya
terdahulu, saya harap kamu memahami bahwa saya tidak segera mengabarkan
kehadiranmu karena saya terlalu takut kehilanganmu sebelum saya benar-benar
bisa memelukmu. Bukan karena saya tidak bahagia atas kehadiranmu, karena tidak
bangga padamu, atau tidak mencintaimu. Tapi semata-mata karena saya takut
terlalu kecewa.
Di bulan-bulan awal,
saya hanya mengabari eyang uti, eyang kakung, kakek, nenek dan tantemu. Kemudian,
ketika saya perlu bertanya tentang dokter kandungan yang bagus, saya mulai
bertanya pada beberapa teman yang jumlahnya terbatas. Setelah dokter mengonfirmasi
kehadiranmu, saya baru mengabarkan beberapa sahabat dekat di Groningen dulu
(tepatnya hanya keluarga om Adhyat, pakde Didik dan om Fean). Setelah
kamu makin besar dan proses penulisan tesis saya sedikit tersendat, saya
terpaksa mengaku pada supervisor saya di Groningen bahwa kamu sudah hadir. Setelah
lewat trimester awal, barulah saya berani mengonfirmasi kehadiranmu kepada
orang-orang yang bertanya. Pun, saya tetap belum berani mengabarkannya kepada
semua orang, saya hanya menjawab pertayaan yang diajukan kepada saya tentang
kamu.
Alasan kedua kenapa saya tidak segera mengumumkan kehadiranmu
di media sosial, tidak seperti ketika saya dulu sering posting status-status
galau di facebook, karena saya berusaha menjaga perasaan perempuan lain.
Sekian lama saya menjomblo ketika saya sudah
sangat ingin memilikimu. Pun setelah
saya bertemu ayahmu dan menikah dengannya, kami melalui beberapa bulan
penantian akan dirimu. Di masa-masa penantian itu, tiap kali seorang
teman memasang foto/ video anaknya, saya merasa ada semut di jantung saya. Bukannya
dengki dengan kebahagiaan mereka, tapi foto-foto anak-anak itu membuat saya
makin merindukan kamu, membuat saya sedih tiap kali saya datang bulan. Maka
kali ini, saya memutuskan untuk tidak menyebarluaskan kabar bahagia ini terlalu
dini. Sebisa mungkin saya ingin menjaga perasaan perempuan-perempuan lain yang
sedang merasakan apa yang pernah saya rasakan dulu.
Alasan terakhir, saya ingin menunggu kamu datang
ke pelukan saya dengan tangisan sehat, seluruh tubuh yang bergerak dan bekerja sempurna,
mata yang mengerjap lucu … sebelum saya dengan bangga mengumumkan kepada dunia
bahwa saya adalah perempuan paling bahagia di dunia karena telah dipercaya
Tuhan untuk menjagamu.
Namun demikian, sebagai pengingat kita berdua
tentang kehadiranmu, maka saya akan menyimpan cerita ini di blog saya. Kelak, ketika
kau sudah bisa membaca nanti, bacalah cerita ini, dan ketahuilan betapa besar
saya mencintai kamu, bahagia atas kehadiranmu, dan bangga terhadapmu … bahkan
meski saya belum mengumumkannya kepada dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar