Luna Lovegood inside. Noda Megumi outside.

Selasa, 19 Maret 2019

WHICH CELLS ARE YOU?


Mungkin beberapa orang belum tahu bahwa selama di Belanda saya mempelajari tentang satu penyakit yang disebut fibrosis. Fibrosis adalah penyakit kronis yang ditandai dengan penumpukan matriks ekstraselular (ECM) yang berlebihan pada organ tubuh kita, yang pada akhirnya menyebabkan organ tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik. Misalnya, penumpukan ECM yang berlebihan di paru-paru akan menyebabkan kegagalan pertukaran udara di paru-paru, atau fibrosis di liver akan menyebabkan sirosis/ kanker liver, atau fibrosis di usus akan menyebabkan kegagalan absorbsi nutrisi di usus, dan sebagainya. Matriks ekstraselular ini secara normal diproduksi oleh semua organ tubuh untuk mempertahankan integritas organ tersebut. Pada saat suatu organ/ jaringan terluka, maka sistem pertahanan tubuh kita akan berusaha menyingkirkan penyebab luka tersebut, dan setelahnya akan berusaha mengembalikan kondisi jaringan/ organ seperti sedia kala dengan memproduksi matriks ektraselular (misalnya kolagen) untuk menutup luka tersebut. Penyebab luka tersebut berbeda-beda pada setiap organ. Misalnya luka pada paru-paru biasanya disebabkan oleh partikel asing seperti partikel polusi udara, atau rokok. Atau luka di liver bisa disebabkan oleh diet tinggi lemak atau minuman beralkohol. Setelah sistem pertahanan tubuh berhasil menyingkirkan penyebab luka dan menutup luka tersebut, maka sistem pertahanan tubuh yang sama akan menghilangkan bekas luka tersebut sehingga organ dapat berfungsi seperti sedia kala. Namun demikian, jika luka tersebut terjadi berulang-ulang dan terus-menerus, maka keseimbangan antara proses penutupan luka dan penghilangan bekas luka akan terganggu. Hal ini menyebabkan kolagen dan teman-temannya diproduksi terus menerus dan malah bertumpuk berlebihan di organ, dan malah menghalangi organ bekerja sesuai fungsinya. 

Penjelasan lebih lengkap (meskipun bukan penjelasan paling lengkap) bisa dibaca di https://www.facebook.com/notes/kurnia-sari/makrofag-dan-drama-korea/10153698646404566

Selama lima hari berada di Amerika untuk (main ski) menghadiri konferensi tentang fibrosis, ada dua hal penting yang saya pelajari.

Pertama, untuk melakukan satu pekerjaan yang nampaknya sederhana, ternyata melibatkan banyak pihak, kadang lebih banyak daripada yang kita kira. Misalnya dalam proses penyembuhan luka, bukan hanya satu atau dua sel yang terlibat, tapi banyak. Mungkin kita pikir pada proses peradangan dan penyingkiran partikel asing dari dalam tubuh, hanya sel makrofag yang terlibat? Atau pada proses produksi kolagen untuk menutup luka, hanya sel fibrosis yang berperan? Nyatanya tidak. Pada proses-proses tersebut, banyak sel-sel, reseptor-reseptor zat-zat lain, yang kesannya sepele, tapi ternyata berperan penting.  Ada sel T, sel B, monosit dan lain-lain. Hidup juga begitu. Kita kadang lupa bahwa banyak orang-orang yang tidak sepenuhnya kita sadari keberadaannya, ternyata berdampak besar pada hidup kita. Misalnya guru TK yang sekarang kita sudah lupa namanya, beliau yang dulu mengajari kita cara berteman. Tanpa beliau, mungkin kita tidak tahu bagaimana cara bersosialisasi dengan orang lain dengan baik. Atau guru SD yang kita lupa wajahnya, beliau yang duu mengajari kita membaca dan menulis dengan sabar. Atau … mungkin petugas kebersihan di lingkungan rumah kita, yang tidak pernah kita lirik keberadaannya, adalah orang yang menjaga kebersihan kompleks rumah kita sehingga kita tidak kena demam berdarah saat penyakit tersebut mewabah di wilayah lain. See? Kadang kita tidak menyadari banyak orang-orang yang penting dalam hidup kita.

Suatu peristiwa atau kejadian bisa disebabkan oleh banyak hal, yang rumit, yang tidak selalu dengan mudah kita lihat dengan sekilas. Misalnya nih, dulu waktu di Jakarta, jika saya melihat seseorang dari balik punggungnya, da nada asap mengepul dari mulutnya, maka biasanya saya dengan songong akan menepuk bahunya dan berbisik (mesra #laluDibacok) “Mas, tolong jangan merokok disini” #laluTaburinSianida. Tapi disini, saya tidak bisa melakukan hal yang sama. Saat melihat seseorang dari belakang dan melihat asap mengepul dari mulutnya, saya tidak bisa serta merta menuduhnya merokok, karena besar kemungkinan itu adalah uap air dari nafasnya yang kedinginan. Maka biasanya orang-orang yang dengan mudah menghakimi orang lain, menyalah-nyalahkan orang lain, mengharam-haramkan, atau mengkafir-kafirkan, biasanya adalah orang-orang yang pandangannya sempit … entah karena mulutnya (atau jarinya) yang lebih cepat daripada otaknya, entah karena dia tidak mau melihat lebih dekat (sehingga tidak menyadari bahwa itu bukan orang yang merokok, tapi orang kedinginan), atau karena pandangannya yang sempit (mungkin seperti saya dulu yang hanya pernah hidup di Jakarta, sehingga dengan cepat menghakimi nafas kedinginan sebagai asap rokok). Itu mengapa Tuhan memerintahkan kita untuk mengembara. Karena dengan mengembara, pikiran kita akan lebih luas. Dan jika kita tidak bisa mengembara secara harfiah, bukankah ada buku-buku yang bisa membuka jendela dunia? Dengan membuka hati dan pikiran kita, kita tidak akan dengan mudah menilai suatu hal, karena bisa jadi hal-hal yang kita lihat/ dengar hanyalah sebagian kecil dari hal-hal yang sebenarnya terjadi.

Kedua, kadang kita tidak menyadari manfaat diri kita sampai kita dihadapkan pada masalah. Seperti juga kita mungkin tidak menyadari manfaat makrofag, kemokin, sitokin, sel T, fibroblast jika kita tidak pernah terluka. Kita tidak menyadari bahwa selama kita sehat, sel-sel inilah yang menjaga keseimbangan tubuh kita. Seperti itulah kita. Kita tidak menyadari orang-orang penting dalam hidup kita, sampai kita kehilangannya. Kita bahkan tidak sadar pada kemampuan kita sendiri, sampai kita terluka, dan dipaksa untuk menyelesaikan masalah.
Setiap sel, sekecil apapun perannya dalam suatu proses, ia adalah sel yang penting. Saat kita menghilangkan satu sel (atau bahkan satu gen) pada tubuh mencit dalam suatu percobaan, misalnya, maka seluruh sistem tubuhnya akan berubah. Begitulah seharusnya kita menyadari diri kita sebagai manusia. Mungkin ada orang-orang seperti saya yang kadang menganggap bahwa kita bukanlah orang penting, bahwa kita hanyalah figuran dalam film kehidupan kita sendiri. Tapi kita lupa, sekecil apapun suatu peran dalam suatu film, film yang hanya berisi peran utama saja akan terlihat hambar. Maka, sekecil apapun peran kita dalam masyarakat, kita memiliki peran yang penting. Yang harus kita lakukan adalah memastikan bahwa keberadaan kita bermanfaat bagi orang lain. Mungkin mereka tidak selalu menyadari keberadaan kita, tapi pastikanlah bahwa pada saat kita tidak ada, mereka akan kehilangan kita, seluruh sistem akan berubah tanpa adanya kita. Saat keadaan baik-baik saja, mungkin keberadaan kita tidak berarti. Tapi pastikanlah bahwa kita adalah bagian dari solusi, seperti sel-sel yang bekerja memperbaiki saat tubuh terluka, meski ia tidak pernah disadari keberadaannya saat bekerja menjaga saat kondisi kondusif.

Semua orang memiliki peran dalam hidup. Dan sekecil apapun peran kita, percaya dan pastikanlah bahwa peran kita itu adalah peran yang penting. Pastikanlah bahwa kita akan menjadi orang yang bermanfaat bagi banyak orang. Suatu saat nanti kita mungkin merasa menjadi orang yang keberadaannya kadang tidak disadari. Tapi pastikanlah bahwa ketiadaan kita akan menyebabkan kehilangan besar bagi banyak orang.

Kita mungkin bukan jantung, otak, atau paru-paru yang dianggap sebagai organ vital bagi semua orang. Kita pikir mungkin kamu hanya monosit, yang selalu beredar di seluruh pembuluh darah, menjaga pertahanan tubuh, tanpa disadari keberadaannya. Tapi percayalah, tanpa kita, maka jantung, otak dan paru-paru tidak akan berfungsi dengan baik.

Maka apapun peran kita, sekecil apapun, jadilah peran penting. Jadilah dokter yang bermanfaat bagi orang-orang lemah. Jadilah peneliti yang mencari kebenaran. Jadilah guru yang mengajarkan kebenaran. Jadilah insinyur yang membangun negeri. Jadilah kakak yang menjadi teladan adik-adik. Jadilah anak yang membuat orangtua tidak malu bertemu Tuhannya, karena mereka telah berhasil mendidikmu.

Menjadi orang baik itu penting. Tapi menjadi orang baik tidaklah cukup. Maka sekecil apapun peranmu, jadilah orang yang kuat, penting dan bermanfaat!


* * *


1 komentar: