Mungkin
beberapa orang belum tahu bahwa selama di Belanda saya mempelajari tentang satu
penyakit yang disebut fibrosis. Fibrosis adalah penyakit kronis yang ditandai
dengan penumpukan matriks ekstraselular (ECM) yang berlebihan pada organ tubuh
kita, yang pada akhirnya menyebabkan organ tubuh tidak dapat berfungsi dengan
baik. Misalnya, penumpukan ECM yang berlebihan di paru-paru akan menyebabkan
kegagalan pertukaran udara di paru-paru, atau fibrosis di liver akan
menyebabkan sirosis/ kanker liver, atau fibrosis di usus akan menyebabkan
kegagalan absorbsi nutrisi di usus, dan sebagainya. Matriks ekstraselular ini
secara normal diproduksi oleh semua organ tubuh untuk mempertahankan integritas
organ tersebut. Pada saat suatu organ/ jaringan terluka, maka sistem pertahanan
tubuh kita akan berusaha menyingkirkan penyebab luka tersebut, dan setelahnya
akan berusaha mengembalikan kondisi jaringan/ organ seperti sedia kala dengan
memproduksi matriks ektraselular (misalnya kolagen) untuk menutup luka tersebut.
Penyebab luka tersebut berbeda-beda pada setiap organ. Misalnya luka pada
paru-paru biasanya disebabkan oleh partikel asing seperti partikel polusi
udara, atau rokok. Atau luka di liver bisa disebabkan oleh diet tinggi lemak
atau minuman beralkohol. Setelah sistem pertahanan tubuh berhasil menyingkirkan
penyebab luka dan menutup luka tersebut, maka sistem pertahanan tubuh yang sama
akan menghilangkan bekas luka tersebut sehingga organ dapat berfungsi seperti
sedia kala. Namun demikian, jika luka tersebut terjadi berulang-ulang
dan terus-menerus, maka keseimbangan antara proses penutupan luka dan penghilangan
bekas luka akan terganggu. Hal ini menyebabkan kolagen dan teman-temannya
diproduksi terus menerus dan malah bertumpuk berlebihan di organ, dan malah menghalangi
organ bekerja sesuai fungsinya.
Penjelasan lebih lengkap (meskipun bukan
penjelasan paling lengkap) bisa dibaca di https://www.facebook.com/notes/kurnia-sari/makrofag-dan-drama-korea/10153698646404566
Selama lima hari berada di Amerika
untuk (main ski) menghadiri konferensi
tentang fibrosis, ada dua hal penting yang saya pelajari.
Pertama, untuk melakukan satu pekerjaan
yang nampaknya sederhana, ternyata melibatkan banyak pihak, kadang lebih banyak
daripada yang kita kira. Misalnya
dalam proses penyembuhan luka, bukan hanya satu atau dua sel yang terlibat,
tapi banyak. Mungkin kita pikir pada proses peradangan dan penyingkiran
partikel asing dari dalam tubuh, hanya sel makrofag yang terlibat? Atau pada
proses produksi kolagen untuk menutup luka, hanya sel fibrosis yang berperan?
Nyatanya tidak. Pada proses-proses tersebut, banyak sel-sel, reseptor-reseptor
zat-zat lain, yang kesannya sepele, tapi ternyata berperan penting. Ada sel T, sel B, monosit dan lain-lain. Hidup
juga begitu. Kita kadang lupa bahwa banyak orang-orang yang tidak sepenuhnya
kita sadari keberadaannya, ternyata berdampak besar pada hidup kita. Misalnya
guru TK yang sekarang kita sudah lupa namanya, beliau yang dulu mengajari kita
cara berteman. Tanpa beliau, mungkin kita tidak tahu bagaimana cara
bersosialisasi dengan orang lain dengan baik. Atau guru SD yang kita lupa
wajahnya, beliau yang duu mengajari kita membaca dan menulis dengan sabar. Atau
… mungkin petugas kebersihan di lingkungan rumah kita, yang tidak pernah kita
lirik keberadaannya, adalah orang yang menjaga kebersihan kompleks rumah kita
sehingga kita tidak kena demam berdarah saat penyakit tersebut mewabah di
wilayah lain. See? Kadang kita tidak
menyadari banyak orang-orang yang penting dalam hidup kita.
Suatu
peristiwa atau kejadian bisa disebabkan oleh banyak hal, yang rumit, yang tidak
selalu dengan mudah kita lihat dengan sekilas. Misalnya nih, dulu waktu di
Jakarta, jika saya melihat seseorang dari balik punggungnya, da nada asap
mengepul dari mulutnya, maka biasanya saya dengan songong akan menepuk bahunya
dan berbisik (mesra #laluDibacok) “Mas, tolong jangan merokok disini”
#laluTaburinSianida. Tapi disini, saya tidak bisa melakukan hal yang sama. Saat
melihat seseorang dari belakang dan melihat asap mengepul dari mulutnya, saya
tidak bisa serta merta menuduhnya merokok, karena besar kemungkinan itu adalah
uap air dari nafasnya yang kedinginan. Maka biasanya orang-orang yang dengan
mudah menghakimi orang lain, menyalah-nyalahkan orang lain, mengharam-haramkan,
atau mengkafir-kafirkan, biasanya adalah orang-orang yang pandangannya sempit …
entah karena mulutnya (atau jarinya) yang lebih cepat daripada otaknya, entah
karena dia tidak mau melihat lebih dekat (sehingga tidak menyadari bahwa itu
bukan orang yang merokok, tapi orang kedinginan), atau karena pandangannya yang
sempit (mungkin seperti saya dulu yang hanya pernah hidup di Jakarta, sehingga
dengan cepat menghakimi nafas kedinginan sebagai asap rokok). Itu mengapa Tuhan
memerintahkan kita untuk mengembara. Karena dengan mengembara, pikiran kita
akan lebih luas. Dan jika kita tidak bisa mengembara secara harfiah, bukankah
ada buku-buku yang bisa membuka jendela dunia? Dengan membuka hati dan pikiran
kita, kita tidak akan dengan mudah menilai suatu hal, karena bisa jadi hal-hal
yang kita lihat/ dengar hanyalah sebagian kecil dari hal-hal yang sebenarnya
terjadi.
Kedua,
kadang kita tidak menyadari manfaat diri kita sampai kita dihadapkan pada
masalah. Seperti juga kita mungkin tidak menyadari manfaat makrofag, kemokin,
sitokin, sel T, fibroblast jika kita tidak pernah terluka. Kita tidak menyadari
bahwa selama kita sehat, sel-sel inilah yang menjaga keseimbangan tubuh kita.
Seperti itulah kita. Kita tidak menyadari orang-orang penting dalam hidup kita,
sampai kita kehilangannya. Kita bahkan tidak sadar pada kemampuan kita sendiri,
sampai kita terluka, dan dipaksa
untuk menyelesaikan masalah.
Setiap
sel, sekecil apapun perannya dalam suatu proses, ia adalah sel yang penting.
Saat kita menghilangkan satu sel (atau bahkan satu gen) pada tubuh mencit dalam
suatu percobaan, misalnya, maka seluruh sistem tubuhnya akan berubah. Begitulah
seharusnya kita menyadari diri kita sebagai manusia. Mungkin ada orang-orang
seperti saya yang kadang menganggap bahwa kita bukanlah orang penting, bahwa
kita hanyalah figuran dalam film kehidupan kita sendiri. Tapi kita lupa,
sekecil apapun suatu peran dalam suatu film, film yang hanya berisi peran utama
saja akan terlihat hambar. Maka, sekecil apapun peran kita dalam masyarakat,
kita memiliki peran yang penting. Yang harus kita lakukan adalah memastikan
bahwa keberadaan kita bermanfaat bagi orang lain. Mungkin mereka tidak selalu
menyadari keberadaan kita, tapi pastikanlah bahwa pada saat kita tidak ada,
mereka akan kehilangan kita, seluruh sistem akan berubah tanpa adanya kita. Saat keadaan
baik-baik saja, mungkin keberadaan kita tidak berarti. Tapi pastikanlah bahwa
kita adalah bagian dari solusi, seperti sel-sel yang bekerja memperbaiki saat
tubuh terluka, meski ia tidak pernah disadari keberadaannya saat bekerja
menjaga saat kondisi kondusif.
Semua
orang memiliki peran dalam hidup. Dan sekecil apapun peran kita, percaya dan
pastikanlah bahwa peran kita itu adalah peran yang penting. Pastikanlah bahwa kita akan menjadi orang yang bermanfaat bagi banyak orang. Suatu saat nanti kita mungkin merasa menjadi orang yang keberadaannya kadang tidak disadari. Tapi
pastikanlah bahwa ketiadaan kita akan menyebabkan kehilangan besar bagi banyak
orang.
Kita mungkin bukan jantung, otak, atau paru-paru yang dianggap sebagai organ vital
bagi semua orang. Kita pikir mungkin kamu hanya monosit, yang selalu beredar di
seluruh pembuluh darah, menjaga pertahanan tubuh, tanpa disadari keberadaannya.
Tapi percayalah, tanpa kita, maka jantung, otak dan paru-paru tidak akan
berfungsi dengan baik.
Maka apapun peran kita, sekecil apapun,
jadilah peran penting. Jadilah dokter yang bermanfaat bagi orang-orang lemah.
Jadilah peneliti yang mencari kebenaran. Jadilah guru yang mengajarkan
kebenaran. Jadilah insinyur yang membangun negeri. Jadilah kakak yang menjadi
teladan adik-adik. Jadilah anak yang membuat orangtua tidak malu bertemu
Tuhannya, karena mereka telah berhasil mendidikmu.
Menjadi orang baik itu
penting. Tapi menjadi orang baik tidaklah cukup. Maka sekecil apapun peranmu,
jadilah orang yang kuat, penting dan bermanfaat!
*
* *
I am a phone cell.
BalasHapus