Luna Lovegood inside. Noda Megumi outside.

Rabu, 19 Desember 2012

20.12.2012

Hai Salman,
Seharusnya hari ini adalah hari kami. Aku dan dia. Kamu tahu kan? Aku sudah menceritakan padamu semua tentang dia kan? Tidak perlu cemburu padanya hanya karena aku sering bercerita tentangnya padamu. Kamu tetap nomer satu di hatiku. Tapi kamu juga tahu kan, aku hanya bisa bertemu denganmu kalau aku sudah bertemu dia lebih dulu. Sayangnya, aku belum tahu cara yang tepat untuk bisa menemukannya.
Aku tidak tahu setinggi apa tubuhnnya, tapi aku yakin, dengan dirinya dia akan selalu melindungi aku dan kamu. Aku tidak tahu warna matanya, tapi tatapannya pasti dalam dan menghanyutkan. Kalau tidak, bagaimana mungkin aku bisa tenggelam di dalamnya. Kakinya yang kuat akan mengajarimu menedang bola. Kalau kakinya tidak sekuat itu, bagaimana mungkin dia akan sanggup mengejarku kan?
Kecerdasannya akan menurun padamu, membuatmu mampu menjadi apapun yang kamu cita-citakan. Kebijaksanaannya akan menaungi kita. Darinyalah kamu bisa belajar memainkan biola, alat musik yang akan meluluhkan hati para wanita. Bukan, bukan, dia pasti bukan seorang player. Dia bahkan mungkin sama sekali tidak romantis dan nyaris membosankan. Dia hanya sangat kharismatik dan amanah. Saat bicara, orang akan langsung percaya dan sangat sungkan padanya. Itu mengapa aku akan mempercayakan masa depan kita padanya. Dia juga mungkin bukan penyanyi idola. Tapi aku percaya, suaranya akan menggetarkan langit Tuhan saat ia mengajarimu mengaji.

Salman sayang,
Aku sudah menceritakan padamu semua rencanaku tentang kami kan? Tentang seragam ungu yang akan kami pakai. Tentang tempat yang akan kami gunakan juga tentang bunga lily dan makanan kesukaan kami yang akan memenuhinya. Tentang lagu kenangan kami yang akan dinyanyikan sepanjang acara. Aku sudah menceritakannya padamu kan?
Tapi itu semua bukan hari ini, Salman.
Kami masih saling mencari. Seperti kata guru favoritku, bumi Tuhan sangat luas, buat apa berdiam di masa lalu. Sepertinya aku memang harus menjelajahi dan mempelajari bumiNya dulu supaya bisa bertemu dengannya. Dia pasti sedang menungguku di suatu tempat di bumi ini. Kasihan ya dia, pasti sudah terlalu lama menungguku yang belum juga berani menjelajah dan berusaha menemukannya.
Salman yang tampan,
Dari tempatmu yang begitu dekat dengan Tuhanmu, tolong bisikkan padaNya. Aku tidak akan takut lagi meninggalkan masa lalu. Aku akan menjadi berani dan melangkah keluar. Maka ijinkan aku bertemu dengannya. Agar kami kemudian bisa bertemu denganmu.
See you at very soon.

* * *



Dear Sarah,
Ini harusnya menjadi hari dimana aku memintanya dari ayahnya, dan berjanji untuk melindunginya seumur hidup. Tapi mungkin aku belum menjadi yang pantas baginya sehingga Tuhan belum mempercayakan dia padaku.
Apa dia sesempurna itu? Ah, tidak juga. Apa aku belum pernah menceritakan tentangnya padamu? Belum ya? Kalau begitu akan kuceritakan sekarang.
Dia memiliki senyum yang lebar, lebih lebar dari tanganku yang akan merentang untuk mendekapnya. Senyum yang sama yang akan menyambutmu tiap pagi saat bangun tidur. Dia punya tangan yang hangat yang mampu mencairkan sikapku setiap ia membelai rambutku. Tangan yang sama yang akan membuatmu terlelap dalam dekapannya. Dia punya energi yang besar seperti matahari yang akan membuat hari-hariku penuh semangat. Energi yang sama yang akan menemanimu bermain sambil belajar.
Apa dia sesempurna itu? Sudah kubilang, dia jauh dari sempurna. Suaranya mungkin sangat berisik. Kecerewetannya mungkin akan sangat mengganggu. Keisengannya akan merusak ketenangan hidupku. Kecerobohannya luar biasa konyol. Tapi hanya dia yang akan mampu membuatku menertawakan hidup. See? Dia tidak sempurna kan? Tapi bersamanya hidupku akan sempurna.
Apa sekarang kamu sudah mulai merindukan dia? Aku juga begitu. Tidak sabar ingin bertemu dengannya. Tapi bersabarlah, tunggulah sebentar lagi. Kami masih saling mencari. Mungkin kami sudah pernah bertemu dan berselisih jalan, tapi tidak saling mengenali. Mungkin Tuhan ingin aku berputar sekali lagi selagi aku mempersiapkan diri untuk menjadi yang pantas baginya.

Sarah sayang,
Aku sudah menceritakan padamu tentang rencanaku untuk menjadikannya ibumu kan? Tentang lagu For The Rest of My Life-nya Maher Zain yang akan kunyanyikan di hadapannya sambil memainkan biolaku. Juga tentang surat Ar-Rahman yang akan aku lafalkan di hadapan ayahnya, sebagai rasa syukur atas nikmat Tuhan yang tidak bisa aku dustakan karena Ia telah menciptakan dia untukku. Aku sudah menceritakan semua rencanaku itu padamu kan?
Tapi itu semua belum akan hari ini, Sarah.

Sarah yang cantik,
Dari tempatmu berada sekarang, bisakah sampaikan pintaku padaNya? Kalau nanti aku sudah menjadi lelaki yang pantas bagi kamu dan dia, tolong jangan membuatku mengelilingi dunia sekali lagi demi mencarinya. Jangan membuat kami berselisih jalan lagi. Buatlah tulang rusukku dan patahannya yang ada padanya beresonansi ketika kami berselisih jalan, agar aku mengenalinya. Agar aku bisa segera bertemu denganmu juga. Bukankah kamu juga sudah tidak sabar ingin bertemu denganku?
Can’t wait to see you, my lovely princess

Tidak ada komentar:

Posting Komentar