Luna Lovegood inside. Noda Megumi outside.

Kamis, 06 Desember 2012

LAUTAN YANG BERBAGI AIR YANG SAMA


Wahyu mempercayai satu prinsip bahwa dua orang yang memiliki terlalu banyak kesamaan tidak bisa bersatu. Kesempurnaan hanya terjadi jika ada siang dan malam. Seperti hidupmu yang baru lengkap jika ada senang dan sedih. Seperti sandal, baru bisa dipakai jika ada pasangannya, yang bentuknya justru berkebalikan dengannya.
Begitulah hidup pada akhirnya. Yin dan Yang, Surga dan neraka. Pagi dan petang. Laki-laki dan perempuan.
Maka ketika mengenal gadis itu, Wahyu segera tahu bahwa perempuan itulah yang akan melengkapi hidupnya karena perempuan itu datang dari dunia yang berseberangan dengannya. Gadis itu pecinta drama romantis, sedangkan dirinya penikmat film laga. Gadis itu penikmat es krim, sementara dirinya maniak espresso. Wahyu adalah seorang peneliti sains, dan gadis itu adalah mahasiswi filsafat.
Bagi Wahyu, gadis itu adalah siang selagi dirinya menjadi malam. Wahyu selalu menganggap gadis itu seperti musim semi karena keceriaan dan kehangatan kata-katanya. Dan selagi semua orang merasa Wahyu seperti musim dingin yang kaku dan dingin, gadis itu justru menganggapnya sebagai cowok musim panas. Gadis itu selalu berkata: “I’m Spring, who turns you into who you are, Summer!”. Dan si manusia salju merasa ada yang meleleh di dalam dirinya.
 Wahyu bersyukur kepada teknologi bernama internet yang telah mempertemukannya dengan si gadis musim semi. Diantara segala perbedaan mereka, ternyata kata-katalah yang bisa menyatukan mereka. Kecintaan  mereka pada “kata”lah yang  membuat si blog-walker Wahyu bisa menemukan si gadis musim semi dan cerpen-cerpen romantisnya. Dari kecintaan yang sama pulalah gadis pecinta aksara itu bisa menemukan Wahyu dan puisi-puisi patah hatinya. 

*                        *                                   *

PecintaAksara @PecanduKata Summer, apa kabar pagi? Matahari sudah terbit?

PecanduKata @PecintaAksara Matahari boleh terbit. Apalah artinya kalau sakura belum mekar? Apa kabar, Spring? RT @PecanduKata Summer, apa kabar pagi? Matahari sudah terbit?

PecintaAksara @PecanduKata Sakura mekar malam tadi. Dikirimkan kepada musim panas sebagai pembuka hari. http://pecintaaksara.blogspot.com/sakura_untuk_musim_panas

Wahyu mengklik tautan yang dikirimkan si gadis musim semi kepadanya. Beberapa detik kemudian sepotong cerpen muncul di layar laptopnya. Dia tersenyum. Rasa hangat menyebar di rongga dadanya.

PecanduKata @PecintaAksara Tidak pernah ada sakura seindah yang diterima musim panas kali ini RT @PecintaAksara Sakura mekar malam tadi. Dikirimkan kepada musim panas

PecintaAksara @PecanduKata Isshoni hanami shimasho J

PecanduKata @PecintaAksara Can’t wait to see you in someday of spring. To see sakura bloom.

PecintaAksara @PecanduKata Can’t wait to spend whole spring with you, till the end of summer

*                        *                                   *

PecintaAksara @PecanduKata Baru baca puisimu, Summer. What’s wrong with your heart?

PecanduKata @PecintaAksara Nothin’ wrong with heart, Spring. That’s me, without heart.

PecintaAksara @PecanduKata saya suka bertanya2, kenapa sih puisi2 kamu tuh puisi patah hati mulu? Kamu patah hati setiap hari?

PecanduKata @PecintaAksara Patah hati yang ga pernah selesai RT @PecanduKata Kamu patah hati setiap hari?

PecintaAksara @PecanduKata Haha, move on dong J

PecanduKata @PecintaAksara Saya juga bertanya-tanya. Kok kamu bisa nulis cerpen cinta melulu. Kamu jatuh cinta setiap hari?

PecintaAksara @PecanduKata saya nggak pernah jatuh cinta tanpa disertai patah hati

Gadis pecinta aksara itu selalu bisa membuat Wahyu terpesona. Gadis itu benar-benar kebalikan dirinya. Meski sama-sama merasakan nelangsanya patah hati, gadis itu justru memilih menulis kisah-kisah cinta yang membahagiakan, alih-alih dirinya yang justru melukiskan kesengsaraannya lewat puisi-puisinya.
Wahyu mulai mencandu setiap kata si pecinta aksara.

*                        *                                   *

PecanduKata @PecintaAksara can’t wait for tomorrow, Spring! I’m excited!

PecintaAksara @PecanduKata me too! Beruntung banget ya kita berdua berhasil masuk seleksi workshop penulisan itu J

*                        *                                   *

PecanduKata duduk ganteng di pojok, menunggu @PecintaAksara datang.

PecintaAksara I’m here @PecanduKata ,,, where are you, Summer?

PecanduKata is that you, the purple one, Spring? @PecintaAksara

PecintaAksara @PecanduKata Yeah, it’s me! You can see me?

PecanduKata @PecintaAksara how can i not see you, Sakura?

Rasanya seperti telah mengenal gadis itu seumur hidupnya,Wahyu segera tahu bahwa itulah si pecinta aksara. Dia melihat gadis itu berputar, mencari-cari dirinya. Dia menikmati pemandangan itu. Gadis cantik dengan rambut sepanjang punggung. Tubuhnya kurus dan kecil. Gerakannya lincah dan wajahnya cerah. Tepat seperti yang dibayangkannya selama ini tentang gadis itu.
Wahyu berdiri, dan menghampiri gadis itu. Si pecinta aksara berhenti berputar ketika melihat seorang lelaki mendekat. Mata hitam bertemu mata hitam. Saat itu juga Wahyu tahu bahwa gadis itulah yang akan melengkapinya.
“Pecinta aksara?” Wahyu bertanya, setelah berhadapan dengan gadis itu.
Si gadis tersenyum dan mengulurkan tangan. “Wanda,” katanya mengenalkan diri.
“Wahyu.” Dia membalas uluran tangan gadis itu.
Lalu tetiba mata Wahyu tertuju pada benda berkilau di leher jenjang gadis itu. Sebuah kalung salib.
Dua orang yang memiliki terlalu banyak kesamaan memang tidak bisa bersatu. Tapi dua orang yang memiliki perbedaan yang terlalu besar juga tidak bisa disatukan. Wahyu baru saja menyadari hal itu.

*                        *                                   *

Dalam cinta, kompromi dan pengorbanan adalah suatu keniscayaan. Demi yang tercinta kita mengalah. Demi yang tercinta, kita mengkompromikan banyak hal. Tanpa saling menyesuaikan diri, tidak akan ada cinta yang bertahan. Maka sesungguhnya orangtua-orangtua kita yang berhasil melewati hari ulang tahun pernikahan ke 50 tahun bukanlah karena mereka tidak memiliki perbedaan, tapi karena mereka berhasil mengkompromikan perbedaan-perbedaan masing-masing.
Meski demikian, ada hal-hal yang tidak mudah dikompromikan meski cinta tak terelakkan. Wahyu selalu merasakan dilema tak berkesudahan setiap kali bersama Wanda.
Beratus hari lewat bersama Wanda, dan Wahyu masih juga tidak menemukan jalan tengah di antara mereka. Gadis itu adalah penganut Katolik yang taat, sementara dirinya dibesarkan di keluarga muslim yang sangat religius. Tapi demi gadis yang dicintainya, ia berkompromi. Ia belajar untuk memahami yang dipercayai Wanda. Hingga akhirnya ia menemukan jawaban. Dan dia memutuskan.

*                        *                                   *

Dear Sakura,
Aku bertanya-tanya
Kenapa Tuhan mempertemukan dua perahu yang menuju arah yang berbeda
Di suatu selat bernama kasih

Aku menduga-duga,
Apakah Tuhan hanya ingin menguji
Atau memberi petunjuk bagi salah satu perahu untuk berbalik arah

Aku mencari-cari
Adakah arah lain yang bisa diarungi kedua perahu bersama-sama
Aku meneliti sungaimu, dan sungaiku
Mencari di lautan manakah kita bisa bersatu, lalu mengarunginya bersama

*                        *                                   *

Dear Summer,
Pada perjalanan menuju ujung dunia
Aku bertemu banyak perahu di berbagai pelabuhan
Banyak yang menuju arah yang sama denganku
Tapi kenapa aku ingin ikut dengan perahu yang menuju arah sebaliknya?

Kita sama-sama mencari
Muara dari sungai masing-masing
Dimana perahu kita bisa bertemu lalu berlayar searah
Tapi kita lupa,
Bukankah semua sungai akan bermuara di lautan
Dan lautan di manapun sama adanya
Kita berbagi air yang sama

*                        *                                   *

Dear Sakura,
Kadang kita bertemu satu masalah
Agar kita mencari arti hidup yang sebenarnya

Kadang kita bertemu persimpangan
Agar kita menemukan jalan untuk dipilih

Kadang kita sampai ke suatu dermaga
Agar kita menentukan apakah ingin terus berlayar
Atau berlabuh

Kadang kita dipertemukan dengan satu cinta
Hanya agar kita tahu bahwa ada cinta lain yang lebih kita cintai
Bahwa ada cinta lain yang lebih besar

Kamu, yang memanggil Tuhan dengan nama yang berbeda,
Jangan tanyakan arah padaku
Karena seperti katamu, lautan di manapun berbagi air yang sama
Tapi seperti ikan di samudera artik,
aku hanya bisa berada di sini, tidak di lautan yang lain.

*                        *                                   *

Ya kamu, yang memanggil Tuhan dengan nama yang berbeda,
Orang bilang, apalah arti sebuah nama
Tapi bagi kita, nama berarti segalanya

Bagiku, lautan dimanapun berbagi air yang sama
Tapi kau benar, tidak semua ikan bisa hidup di samudera artik
Seperti itu juga aku

Beri aku waktu,
Mungkin sementara aku akan memanggilmu “musim gugur”
Karena cuma kamu yang berhasil membekukan perasaan
Dan kamu yang pertama bisa membuatku menuliskan puisi patah hati

*                        *                                   *

Pecinta Aksara,
Yang aku candui kata-katanya setiap kali,
Kamu percaya jodoh?
Aku percaya.
Kamu percaya kebetulan?
Aku tidak percaya.
Kau dan aku adalah jodoh, dan pertemuan kita bukan kebetulan.
Tapi jodoh tidak melulu tentang kisah Romeo dan Juliet.

Kadang kita dipertemukan dengan satu cinta
Karena cinta itu akan mempertemukannya dengan cinta yang lain

Sekarang aku tidak bertanya lagi,
Kenapa Tuhan mempertemukan dua perahu yang berbeda arah
Semata agar sang nahkoda mengenal tujuannya dan menentukan arahnya sendiri.

Kenapa Tuhan mempertemukan kita?
Agar aku dan kau mencari tahu tentangNya
Agar lebih mengenalNya
Dan makin mencintaiNya
Meski mungkin dengan cara yang berbeda.

And for me, you’re still my sakura.
You are indeed the spring, who turns me into who I am.

*                        *                                   *

Wahyu tidak pernah mengerti kenapa orang seringkali mendefinisikan kedekatan laki-laki dan perempuan hanya dengan dua definisi: cinta dan tidak cinta. Karena Wahyu tidak bisa mendefinisikan hubungannya dengan Wanda dengan sesedernaha itu.
Cinta. Bisa jadi sederhana dan rumit dalam waktu yang sama.
Beberapa musim semi dan musim panas telah lewat. Mereka masih memanggil Tuhan dengan nama yang berbeda. Masih berlayar menuju samudera yang berbeda. Tapi sesekali kedua perahu masih bertemu di suatu selat bernama kenangan.
Jika kebetulan bertemu, mereka akan bertukar cerita dan puisi. Kali lain mereka memberikan nama bagi awak baru di kapal tetangganya.
“Anak perempuan seharusnya diberi nama oleh ibunya,” kata Wanda, ketika Wahyu meminta pendapatnya.
“Kalau kamu punya anak perempuan, kamu kasih nama siapa?” tanya Wahyu.
Wanda mengelus perutnya yang besar. Lelaki kecil berdiam disana, tertidur.
“Maria. Aku kasih nama itu,” kata Wanda. Lalu dia merasakan lelaki kecil di perutnya menendang terlalu keras. Dia mengaduh.
“Kenapa?” Wahyu bertanya ketika perempuan hamil di hadapannya mengaduh sambil memegangi perutnya.
“Si ganteng ini kayaknya nggak setuju kalau teman mainnya nanti bernama Maria,” kata Wanda sambil nyengir kesakitan. “Gimana kalau Maryam? Kamu suka nama itu?” Wanda bertanya pada lelaki kecil di perutnya. Dan lelaki itu menjawab dengan tendangan lembut. Wanda tersenyum.
“Maryam. Si ganteng ini ... “ Wanda menunjuk perutnya, “lebih senang kalau teman mainnya nanti bernama Maryam.”
Wahyu tersenyum. “Si ganteng yang pintar,” dia memuji lelaki kecil itu.
“Trus, menurut kamu, teman main Maryam harusnya namanya siapa?” Wanda balik bertanya.
Wahyu tersenyum kepada lelaki kecil di perut Wanda. “Sesuai dengan wajahnya yang ganteng, seharusnya dia bernama Yusuf.”
Wanda mengelus perutnya. Lelaki kecil itu mendengkur.
“Dia setuju,” kata Wanda.
Orang-orang bilang, lelaki dan perempuan tidak pernah benar-benar bisa murni bersahabat. Tapi kalau saja dirinya seorang budhis, Wahyu mungkin akan percaya bahwa pada kehidupan sebelumnya, dirinya dan Wanda adalah kakak beradik.

Ringkihku terbias dalam kisah semu
Manisnya tersamar dan tak bermuara
Bergumul dalam rasa yang begitu nyata
Sangat dekat, tanpa sekat, tapi terasing

Dalam senyap kau dan aku saling merindu
Namun terpisahkan keadaan
Kita hanya dua manusia
Berharap bersama meski tak mungkin

Menepi di pelataran senja dan terdiam
Semesta menertawakan kau dan aku

Rindu ini meradang
Tak berarah dan tak hilang
Kemana harus melangkah?
Sementara kita tak berkisah

(Kisah Semu, FIERSA BESARI)


*                        *                                   *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar