Luna Lovegood inside. Noda Megumi outside.

Jumat, 30 Agustus 2013

NEBENGERS



Di hari ulangtahun saya yang ke-20 ini (#laluDigamparPetugasKelurahan) saya mau cerita tentang salah satu pencapaian saya. Bukan, bukan. Saya belum akan menikah. Pacar aja nggak punya #malahCurhat. Oke, abaikan.

Kali ini saya mau cerita tentang salah satu komunitas yang saya ikuti. Bukan komunitas anak-gaul-Depok, atau komunitas pecinta-SuperJunior atau penggemar-JKT48. Saya mau cerita tentang sebuah komunitas bernama @nebengers. Ini merupakan komunitas tebeng-menebeng bagi orang-orang yang peduli pada kemacetan Jakarta lalu ikut bertindak, alih-alih hanya sekedar mengeluhkannya tiap hari.
Prinsip dr komunitas ini adalah mem#BeriTebengan, men#CariTebengan atau #ShareTaksi. Orang-orang yang rute kerja/kuliahnya searah bisa saling mem#BeriTebengan. Hal ini meminimalisir kemubaziran seat di mobil atau motor. Bayangin deh, 1 mobil bisa diisi 4 orang tapi cuma diisi 1 orang. Duh, keliatan banget jomblonya nggak sih? Selain bisa mengurangi volume kendaraan (yang semoga bisa mengurangi kemacetan Jakarta), tapi juga bisa menghemat dan mempererat pertemanan #tsaaahhh #kibasJilbab. Kita bisa share biaya bensin, share ongkos tol, share ongkos taksi, share makanan, share cerita, ya kali-kali bisa share hati juga #yakaleeeee.

Saya sudah follow @nebengers ini sejak musim hujan tahun ini, Januari (saya bahkan bikin cerpen yang terinspirasi dari akun ini >> bisa dibaca di sini: http://niechan-no-sensei.blogspot.com/2013/01/banjir.html ). Pada masa itu, akun @nebengers ini sangat berjasa mempertemukan orang-orang yang terjebak banjir/macet dan ingin mencari tebengan atau mencari teman bareng naik taksi (mahal ye booo kalo naik taksi macet-macet dan banjir gitu). Karena suka pada konsepnya, sejak itu saya follow akun ini dan memantau TLnya, mencari-cari adakah anak-gaul-DurenSawit lain yang searah dgn saya ke Tebet atau Depok. Terutama yang pakai motor sih. Saya nggak tertarik mencari tebengan mobil, toh tetap aja terjebak macet. Kalo motor kan enak, bisa nyelip-nyelip, jadi bisa hemat waktu :)

Mengapa tadi saya bilang bahwa bergabung dengan @nebengers ini sebagai pencapaian? Well, saya bisa bilang bahwa ini adalah loncatan yang lumayan besar dalam pergaulan saya. Aslinya saya orang yang pemalu (#laluDisorakinSekampung). Anak nggak gaul Jakarta. Dan emang anak kurang gaul. Selalu sungkan memulai percakapan. Suka curiga sama kebaikan orang lain. Dan sederet tingkah ajaib lain. Tapi dengan melihat anak-gaul-nebengers ini saling memberi tebengan dan mencari tebengan dengan berlandaskan rasa saling percaya, saya belajar percaya juga. Juga belajar membuka diri (meski belum bisa membuka hati #CurhatDeuiiii).

Oiya, nebengers ini punya prinsip "Tak kenal maka tak nebeng". Maka mereka sering mengadakan kopi darat (ya masa minum kopi sambil berenang) alias kumpul-kumpul bagi yang berdomisili di wilayah tertentu untuk saling mengenal. Setelah kenal dan saling tahu rute satu sama lain, diharapkan tebeng menebeng bisa terjadi. Daripada dua mobil dengan rute yang sama keluar rumah dan memenuhi jalan Jakarta, kan mending saling tebeng menebeng aja ya?
Nah, saya sendiri sebenarnya belum pernah ikutan kopdar nebengers. Tadi saya udah bilang kan ya bahwa saya pemalu? Saya sering salah gaya kalau berada diantara kerumunan. Saya ini introvert sebenarnya. Makanya saya nggak pernah ikutan kopdar itu. Sayapun nggak pernah secara aktif mempost rute #CariTebengan. Yang saya lakukan hanya terus memantau TL @nebengers dan mencari pem#BeriTebengan yang searah.

Meski demikian, setelah 7 bulan memfollow @nebengers dan dua kali gagal tebeng-menebeng karena ternyata rutenya tidak tepat searah atau waktu keberangkatan yang berbeda, akhirnya saya menemukan partner nebeng yang cocok.

@ssaamm_b #BeriTebengan Buaran-Kasablanka| via BKT| 6.45| motor 1 seat| share cerita

Ini twit ditinjau dari segala sisi cocok banget sama kriteria saya. Baik rute maupun waktu janjiannya. Terutama karena pakai motor, jadi bisa nyelip-nyelip. Hehehe.
Setelah meneliti akun twitternya @ssaamm_b, ditinjau dari jumlah follower dan twitnya yang cukup banyak, fotonya juga bukan telor-teloran, barulah saya merasa yakin bahwa itu bukan akun fiktif. Setelahnya saya memberanikan diri untuk bertanya apakah rutenya melalui stasiun Tebet. Dan setelah serangkaian mensyen-mensyenan dan DM-DMan, akhirnya kami sepakat untuk bertemu keesokan paginya.
Seperti saya bilang di awal, memulai percakapan dan perkenalan dgn orang baru benar-benar bukan gaya saya yang pemalu. Untungnya, partner nebeng saya ini orangnya asik diajak ngobrol, jadi meski agak kikuk di awal, lama-lama saya asik juga ngobrol sama dia.

Nah, kenalan dulu ah. Ini nih partner nebeng saya >> @ssaamm_b. Syamsul Bachtiar. Karena namanya, saya pikir dia orang Sumatera, maka pas awal kenalan, saya panggil “abang”. Ealaaaah, ternyata orang Tegal. Yaudah, saya langsung ganti panggilan jadi “mas”. Mas Sam ini baik banget deh. Sekarang saya boleh lho jadi penebeng tetapnya dia. Hehehe. Dan yang paling saya suka dari Mas Sam adalah gaya naik motornya. Santai, tapi nyelip-nyelipnya jago dan nggak grasa-grusu. Duren Sawit – Tebet yang biasa saya tempuh selama 1,5 jam dengan metromini (yang ngetem melulu dan sering terjebak macet sepanjang Jalan Kolonel Sugiyono sampai Kasablanka), sekarang cukup 30 menit bersama Mas Sam. Kece badai emang ni orang naik motornya.

Beberapa teman yang mendengar cerita saya ini banyak yang nggak percaya. Bagaimana mungkin dua orang yang nggak saling kenal bisa nebeng dan memberi tebengan.
“Lo nggak takut dibawa kabur atau diculik, Ni?” tanya salah seorang teman saya.
Pertanyaan ini sudah masuk dalam pertimbangan saya sejak saya pertama kali follow @nebengers. Tapi kalau dipikir-pikir lagi, apa gunanya orang menculik saya? Saya ini makannya banyak. Belum juga berhasil minta uang tebusan, penculiknya pasti tekor duluan karena biaya makan saya banyaaakkk bangeeettt. Jadi, kemungkinan diculik nyaris dianggap nol persen.
“Lo nggak malu jadi penebeng?” kata teman yang lain.
Naik metromini dan kereta CommuterLine yang bukan kendaraan pribadi juga namanya nebeng sih. Nebeng pak sopir dan pak masinis :p
Seperti yang saya ceritakan di awal, tebeng menebeng ini bisa dilakukan dengan term&condition tertentu sesuai kesepakatan kedua belah pihak. Sharingnyapun bisa bermacam-macam sesuai kesepakatan: share biaya bensin, share ongkos taksi, share ongkos tol, share makanan sampai share cerita. Beruntung pemberi tebengan saya ini orangnya baik hati, jadi dia mau menerima saya sebagai penebeng tetap dengan syarat minimal. Bahkan pas awal ngobrol, Mas Sam bilang, “Share doa aja, Mbak.” Lhaaa...baik banget ni orang.
“Lo naik mobil aja sih Mbak,” kata adik saya. Dia bekerja di Toyota Astra, “Tabungan lo kan udah cukup beli mobil. Beli sama gue aja, dapet diskon.”
Saya bukannya berniat jadi penebeng sejati seumur hidup. Tapi melihat kondisi jalanan Jakarta, sampai saat ini saya belum berniat menambah kemacetan dengan membeli mobil. Toh selama ini saya masih bisa survive dengan naik kendaraan umum. Apalagi sekarang saya punya partner nebeng yang baik, makin membuat saya enggan membeli mobil.
Saya berharap semoga kelak kondisi transportasi umum di Jakarta (baik angkot, metromini, bis maupun kereta) akan lebih baik sehingga orang-orang mau beralih dari menggunakan kendaraan pribadi menjadi menggunakan kendaraan umum. Dan sebenarnya, naik kendaraan umum tuh nggak hina kok. Kalau kita lihat kondisi di Jepang atau Belanda, kendaraan umum merupakan pilihan transportasi utama ketimbang kendaraan pribadi, padahal tingkat perekonomian mereka lebih baik lho daripada Indonesia. Di negara-negara itu bahkan orang-orang nggak malu berpergian dengan bersepeda.
Terinspirasi dari seorang dokter di tempat saya bekerja dulu yang selalu pulang-pergi kantor dengan bersepeda, saya bercita-cita membeli rumah di daerah Depok, dekat dengan kampus saya, supaya bisa ngampus dengan bersepeda J Btw, di kampus saya memang sedang menggalakkan GoGreen lho, makanya disediakan fasilitas bis kuning (bis kampus) dan sepeda kuning (sepeda kampus) supaya mahasiswanya lebih suka naik transportasi umum ketimbang naik kendaraan pribadi masing-masing.
Jadi, alih-alih berniat beli mobil (yang akan menambah kemacetan Jakarta dan Depok), sekarang saya sedang menabung untuk bisa membeli rumah di dekat kampus nih, supaya bisa bersepeda ke kampus. Doakan saya ya teman J

Nah, begitulah cerita saya kali ini tentang salah satu pencapaian saya di ulangtahun saya kali ini. Thx to @nebengers yang mengenalkan salah satu solusi kemacetan Jakarta ini, dan juga sudah mengenalkan saya dengan Mas Sam. Makasih juga Mas Sam yang udah bersedia menerima saya sebagai penebeng tetap. Semoga kebaikannya dibalas oleh Allah dengan kebaikan yang lebih besar. Aamiin.

Ciaoooo. Selamat tebeng-menebeng, kawan J Mari kurangi kemacetan dan polusi Jakarta, dimulai dari diri sendiri.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar