Luna Lovegood inside. Noda Megumi outside.

Minggu, 31 Januari 2016

MENCUCI PIRING

Diantara semua pekerjaan rumah tangga yang dijadikan sebagai indikator istri ideal oleh para pria Indonesia, menyeterika pakaian dan mencuci piring adalah dua pekerjaan yang paling menjadi keahlian saya (tentunya selain mengatur keuangan). Well, saya memang nggak pintar memasak beragam makanan, tapi percayalah tidak ada makanan yang saya masak yang tidak enak (soalnya cuma bisa masak nasi dan indomi, hehe). Calon Ibu Mertua, ini cuma bercanda lho ya :p

Nah karena mencuci piring adalah salah satu keahlian saya, maka kali ini saya akan berbagi sedikit cerita tentang mencuci piring:

1.      Meski mencuci piring terlihat sebagai pekerjaan sederhana, percayalah bahwa mencuci piring adalah bagian penting dalam rangkaian drama dapur. Kamu nggak bisa mulai masak kalau semua panci, wajan dan alat memasaknya kotor (kecuali kamu cukup kaya raya untuk membeli alat masak baru tiap akan masak). Jadi jangan pernah meremehkan pekerjaan sederhana seperti mencuci piring. Dan oleh sebab itu, tetap dibutuhkan perencanaan yang baik dan pemikiran yang visioner saat akan mencuci piring.
Hal yang pertama harus dilakukan jika akan mencuci piring adalah mengidentifikasi apa saja yang perlu dicuci: alat makan, alat masak, gelas, sendok? Carilah semua piring, sendok, gelas kotor ini di seluruh rumah sebelum mulai mencuci. Prediksilah dan carilah seluruh alat makan dan alat masak yang akan kita perlukan, yang harus dalam keadaan bersih saat kita membutuhkannya. Hal ini ditujukan agar proses mencuci piring berjalan efektif dan efisien, tidak perlu bolak-balik mencari piring kotor di tengah-tengah proses mencuci yang khidmat. Untuk melakukan tahap ini dengan lebih cepat, kita bisa meminta bantuan orang lain. Misalnya, kadang saya minta tolong pada Najwa, “Kak, tolong cariin piring atau gelas kotor yang perlu dicuci dong. Tante Nia mau nyuci piring nih.”
Dalam hidup juga begitu. Sedini mungkin, cobalah identifikasi tujuan hidup kita. Hal –hal apa saja yang perlu kita capai dalam hidup. Semakin dini kita menyadari hal-hal apa saja yang penting dalam hidup kita, semakin cepat kita menentukan jalan mana yang akan kita pilih. Dalam tahap ini, seperti juga saya meminta bantuan Najwa untuk mencari piring-piring kotor, seperti itu juga kita bisa meminta bantuan orang-orang di sekitar kita untuk mengidentifikasi hal penting tersebut. Dengarlah pendapat orang-orang, tapi jangan hanya terbawa arus dan mengikuti orang-orang.

2.      Identifikasi alat masak/ alat makan mana saja yang perlu mendapat perlakuan khusus. Misal, ada alat masak yang berlemak, sehingga harus direndam dulu dalam air panas. Tiap alat makan dan alat masak memerlukan perlakuan yang berbeda. Ada yang harus digosok sekuat tenaga, ada yang harus lemah lembut karena akan menggoresnya.
Bagi seorang guru seperti saya, pelajaran moral yang dapat diambil dari mencuci piring ini adalah bahwa tiap murid istimewa dalam caranya masing-masing. Oleh karena itu, menghadapi tiap muridpun tidak bisa disama-ratakan. Ada yang jika diperlakukan lemah lembut maka tidak akan termotivasi untuk berkembang. Ada yang jika diperlakukan ramah, malah akan tidak tahu diri dan ngelunjak. Ada juga yang jika diperlakukan tegas malah akan ketakutan dan takut berinisiatif. Sayangnya, sebagai guru, sampai saat ini saya masih terus belajar untuk mengenali dengan baik setiap murid saya sehingga bisa memperlakukan masing-masing dengan tepat. Saya tahu saya belum jadi guru yang baik, tapi saya pasti akan belajar menjadi lebih baik.
Begitu juga dalam hidup. Tiap permasalahan yang hadir perlu disikapi dengan sikap yang berbeda, tergantung dari sifatnya. Masalah kecil tidak perlu diperbesar, dan masalah besar jangan disepelekan. Di situlah pentingnya belajar mengenali/ mengidentifikasi tiap-tiap permasalahan dengan tepat.

3.      Persiapkan rak piring yang bersih untuk menampung piring-piring bersih yang sudah dicuci.
Ini sih sebenarnya perasaan pribadi aja. Saya rasanya males banget nyuci piring kalau di rak cuci piring penuh dengan alat masak/ alat makan, meski semua peralatan tersebut dalam keadaan bersih. Mungkin karena saya termasuk orang yang memegang prinsip “Kita tidak bisa memulai sesuatu yang baru, kalau belum selesai dengan yang lama”. Maka penting untuk mengosongkan rak cuci piring. Alat masak & alat makan yang sudah bersih, bisa dimasukkan dengan rapi ke dalam lemari piring bersih. Dengan demikian, kita bisa memulai mencuci piring dengan bahagia karena kita tidak lagi dipusingkan dengan “dimana kita akan meletakkan piring bersih yang sudah dicuci ini?”
Otak dan hati kita cuma satu. Jangan dipenuhi dengan hal-hal yang sudah bisa disimpan di tempat lain. Karena masih banyak hal-hal baru yang perlu kita pikirkan dan kita rasakan.

4.      Mulailah dari yang paling mudah.
Mulailah dari alat makan yang cenderung lebih bersih, misal gelas. Pilihlah alat-alat yang tidak berlemak dahulu. Hal ini membuat ritual mencuci piringmu menjadi lebih bahagia, karena kamu tidak memulainya dengan pikiran yang tertekan ketika melihat alat masak dan alat makan yang bertumpuk.
Hidup juga begitu. Masalah kadang datang bertubi-tubi. Tapi seperti prinsip hidup saya, pikirkan satu-satu, selesaikan satu-satu. Satu orang tidak bisa menampung semua hal tanpa pernah melepaskan. Suatu saat dia akan merasa penuh dan muak.

5.      Nikmati waktu mencuci piringmu.
Cucian piring bisa saja bertumpuk. Masalah bisa saja bertumpuk. Tapi kalau kamu menjalaninya dengan bahagia, waktu tidak terasa berlalu, dan piring kotor akan lenyap semua. Tapi bukan berarti piring kotornya dipecahin semua ya, hehe.
Ada dua cara yang selalu saya gunakan supaya saya bisa mencuci piring dengan bahagia. Pertama, menonton drama Korea atau karaokean lagu Korea. Apalagi kalau aktornya ganteng atau masiknya bisa buat ajep-ajep, nyuci piringnya bisa makin semangat. Haha. Kedua, curhat. Entah kenapa wastafel cuci piring selalu menjadi magnet yang kuat untuk curhat. Untuk hal yang satu ini, Kak Fean dan Mbak Rosel selalu terjebak sebagai korban yang terpaksa mendengar curhatan saya. Kenapa mas Didik nggak pernag jadi tempat curhat saya? Karena kalau saya curhat pada mas Didik, saya malah akan dibully :p

6.      Yang terakhir, yang sederhana tapi tak kalah penting. Jangan lupa, pakai sabun cuci piring, bukan sabun cuci muka. Terutama, jangan cuci muka pakai sabun cuci piring.

Sekian dan terima gaji.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar