Diantara semua pekerjaan rumah tangga yang
dijadikan sebagai indikator istri ideal oleh para pria Indonesia, menyeterika
pakaian dan mencuci piring adalah dua pekerjaan yang paling menjadi keahlian
saya (tentunya selain mengatur keuangan). Well, saya memang nggak pintar
memasak beragam makanan, tapi percayalah tidak ada makanan yang saya masak yang
tidak enak (soalnya cuma bisa masak nasi dan indomi, hehe). Calon Ibu Mertua,
ini cuma bercanda lho ya :p
Nah karena mencuci piring adalah salah satu
keahlian saya, maka kali ini saya akan berbagi sedikit cerita tentang mencuci
piring:
1. Meski
mencuci piring terlihat sebagai pekerjaan sederhana, percayalah bahwa mencuci
piring adalah bagian penting dalam rangkaian drama dapur. Kamu nggak bisa mulai
masak kalau semua panci, wajan dan alat memasaknya kotor (kecuali kamu cukup
kaya raya untuk membeli alat masak baru tiap akan masak). Jadi jangan pernah
meremehkan pekerjaan sederhana seperti mencuci piring. Dan oleh sebab itu,
tetap dibutuhkan perencanaan yang baik dan pemikiran yang visioner saat akan
mencuci piring.
Hal
yang pertama harus dilakukan jika akan mencuci piring adalah mengidentifikasi
apa saja yang perlu dicuci: alat makan, alat masak, gelas, sendok? Carilah
semua piring, sendok, gelas kotor ini di seluruh rumah sebelum mulai mencuci. Prediksilah
dan carilah seluruh alat makan dan alat masak yang akan kita perlukan, yang
harus dalam keadaan bersih saat kita membutuhkannya. Hal ini ditujukan agar
proses mencuci piring berjalan efektif dan efisien, tidak perlu bolak-balik
mencari piring kotor di tengah-tengah proses mencuci yang khidmat. Untuk
melakukan tahap ini dengan lebih cepat, kita bisa meminta bantuan orang lain.
Misalnya, kadang saya minta tolong pada Najwa, “Kak, tolong cariin piring atau
gelas kotor yang perlu dicuci dong. Tante Nia mau nyuci piring nih.”
Dalam
hidup juga begitu. Sedini mungkin, cobalah identifikasi tujuan hidup kita. Hal
–hal apa saja yang perlu kita capai dalam hidup. Semakin dini kita menyadari
hal-hal apa saja yang penting dalam hidup kita, semakin cepat kita menentukan jalan
mana yang akan kita pilih. Dalam tahap ini, seperti juga saya meminta bantuan
Najwa untuk mencari piring-piring kotor, seperti itu juga kita bisa meminta
bantuan orang-orang di sekitar kita untuk mengidentifikasi hal penting
tersebut. Dengarlah pendapat orang-orang, tapi jangan hanya terbawa arus dan
mengikuti orang-orang.
2. Identifikasi
alat masak/ alat makan mana saja yang perlu mendapat perlakuan khusus. Misal,
ada alat masak yang berlemak, sehingga harus direndam dulu dalam air panas. Tiap
alat makan dan alat masak memerlukan perlakuan yang berbeda. Ada yang harus
digosok sekuat tenaga, ada yang harus lemah lembut karena akan menggoresnya.
Bagi
seorang guru seperti saya, pelajaran moral yang dapat diambil dari mencuci
piring ini adalah bahwa tiap murid istimewa dalam caranya masing-masing. Oleh
karena itu, menghadapi tiap muridpun tidak bisa disama-ratakan. Ada yang jika
diperlakukan lemah lembut maka tidak akan termotivasi untuk berkembang. Ada yang jika diperlakukan ramah, malah akan tidak tahu
diri dan ngelunjak. Ada juga yang
jika diperlakukan tegas malah akan ketakutan dan takut berinisiatif. Sayangnya,
sebagai guru, sampai saat ini saya masih terus belajar untuk mengenali dengan
baik setiap murid saya sehingga bisa memperlakukan masing-masing dengan tepat. Saya
tahu saya belum jadi guru yang baik, tapi saya pasti akan belajar menjadi lebih
baik.
Begitu juga dalam hidup. Tiap permasalahan yang hadir
perlu disikapi dengan sikap yang berbeda, tergantung dari sifatnya. Masalah
kecil tidak perlu diperbesar, dan masalah besar jangan disepelekan. Di situlah
pentingnya belajar mengenali/ mengidentifikasi tiap-tiap permasalahan dengan
tepat.
3. Persiapkan
rak piring yang bersih untuk menampung piring-piring bersih yang sudah dicuci.
Ini sih
sebenarnya perasaan pribadi aja. Saya rasanya males banget nyuci piring kalau
di rak cuci piring penuh dengan alat masak/ alat makan, meski semua peralatan
tersebut dalam keadaan bersih. Mungkin karena saya termasuk orang yang memegang
prinsip “Kita tidak bisa memulai sesuatu yang baru, kalau belum selesai dengan
yang lama”. Maka penting untuk mengosongkan rak cuci piring. Alat masak &
alat makan yang sudah bersih, bisa dimasukkan dengan rapi ke dalam lemari
piring bersih. Dengan demikian, kita bisa memulai mencuci piring dengan bahagia
karena kita tidak lagi dipusingkan dengan “dimana kita akan meletakkan piring bersih
yang sudah dicuci ini?”
Otak dan hati kita cuma
satu. Jangan dipenuhi dengan hal-hal yang sudah bisa disimpan di tempat lain.
Karena masih banyak hal-hal baru yang perlu kita pikirkan dan kita rasakan.
4. Mulailah
dari yang paling mudah.
Mulailah
dari alat makan yang cenderung lebih bersih, misal gelas. Pilihlah alat-alat
yang tidak berlemak dahulu. Hal ini membuat ritual mencuci piringmu menjadi
lebih bahagia, karena kamu tidak memulainya dengan pikiran yang tertekan ketika
melihat alat masak dan alat makan yang bertumpuk.
Hidup
juga begitu. Masalah kadang datang bertubi-tubi. Tapi seperti prinsip hidup
saya, pikirkan satu-satu, selesaikan
satu-satu. Satu orang tidak bisa menampung semua hal tanpa pernah
melepaskan. Suatu saat dia akan merasa penuh dan muak.
5. Nikmati
waktu mencuci piringmu.
Cucian
piring bisa saja bertumpuk. Masalah bisa saja bertumpuk. Tapi kalau kamu
menjalaninya dengan bahagia, waktu tidak terasa berlalu, dan piring kotor akan
lenyap semua. Tapi bukan berarti piring kotornya dipecahin semua ya, hehe.
Ada dua
cara yang selalu saya gunakan supaya saya bisa mencuci piring dengan bahagia.
Pertama, menonton drama Korea atau karaokean lagu Korea. Apalagi kalau aktornya
ganteng atau masiknya bisa buat ajep-ajep, nyuci piringnya bisa makin semangat.
Haha. Kedua, curhat. Entah kenapa wastafel cuci piring selalu menjadi magnet
yang kuat untuk curhat. Untuk hal yang satu ini, Kak Fean dan Mbak Rosel selalu
terjebak sebagai korban yang terpaksa mendengar curhatan saya. Kenapa mas Didik
nggak pernag jadi tempat curhat saya? Karena kalau saya curhat pada mas Didik,
saya malah akan dibully :p
6. Yang
terakhir, yang sederhana tapi tak kalah penting. Jangan lupa, pakai sabun cuci
piring, bukan sabun cuci muka. Terutama, jangan cuci muka pakai sabun cuci piring.
Sekian dan terima gaji.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar